Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Investor di Lelang SUN Besok Berpotensi Menurun, Ini Kata Analis

Apabila yield US Treasury kembali naik, maka imbal hasil SUN Indonesia akan kembali melemah.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Guncangan pada pasar global diperkirakan akan membayangi prospek lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (8/6/2021) besok.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, minat investor pada lelang SUN besok diprediksi akan sedikit tertekan dibandingkan hasil lelang sebelumnya.

“Kemungkinan akan sedikit turun dibandingkan lelang terakhir dan menghimpun penawaran sekitar Rp60 triliun hingga Rp70 triliun,” katanya saat dihubungi Bisnis, pada Senin (7/6/2021).

Fikri memaparkan, penurunan minat investor terutama asing terhadap lelang SUN besok berasal dari tekanan global. Hal ini salah satunya dipicu oleh tren kenaikan inflasi AS pada beberapa waktu belakangan.

Kenaikan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor asing terhadap potensi penguatan imbal hasil (yield) US Treasury. Apabila yield US Treasury kembali naik, maka imbal hasil SUN Indonesia akan kembali melemah.

Fikri melanjutkan, kenaikan inflasi AS juga memunculkan potensi normalisasi kebijakan moneter yang akan dilakukan bank sentral AS, The Fed. Langkah tersebut diyakini Fikri akan membuat investor lebih memilih untuk menaruh dananya di AS ketimbang masuk ke pasar obligasi Indonesia.

“Selain itu, jobless claim AS yang berada diatas ekspektasi juga semakin memperkuat prospek pengetatan kebijakan moneter yang akan dilakukan The Fed. Karena data yang positif tersebut mengindikasikan perekonomian yang mulai pulih,” jelasnya.

Di sisi lain, Fikri mengatakan sentimen dari domestik mayoritas masih kondusif untuk hasil lelang SUN yang optimal. Secara fundamental, kondisi perekonomian Indonesia masih bagus yang terlihat dari data inflasi yang stabil.

Hal ini juga ditambah dengan data manufaktur Indonesia yang ekspansif. IHS Markit menyebutkan, indeks manufaktur Indonesia pada Mei 2021 berada di level 55,3, rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan indeks ini.

Lebih lanjut, perhatian investor asing juga akan tertuju pada progres vaksinasi virus corona di Indonesia. Menurutnya, laju vaksinasi di Indonesia yang cenderung lamban dapat membuat investor semakin waspada untuk masuk pada lelang besok.

“Tetapi, likuiditas pasar Indonesia masih sangat bagus. Setidaknya hal ini bisa sedikit mengimbangi sentimen global yang sedang kurang kondusif,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper