Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Bangkit Lagi, Lemahnya Imbal Hasil Obligasi AS Jadi Pemicu

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, menguat US$4,9 atau 0,26 persen menjadi ditutup pada US$1.909,90 per ounce.
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik pada akhir perdagangan Kamis (3/6/2021), bangkit dari penurunan sehari sebelumnya, kembali ke level tertinggi sejak awal Januari karena imbal hasil obligasi pemerintah AS mundur, sementara investor menunggu data ekonomi utama minggu ini yang akan menjelaskan prospek inflasi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, menguat US$4,9 atau 0,26 persen menjadi ditutup pada US$1.909,90 per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (1/6/2021), emas berjangka turun tipis 30 sen atau 0,02 persen menjadi US$1.905 per ounce.

Emas berjangka meningkat US$6,8 atau 0,36 persen menjadi US$1.905,30 pada Jumat (28/5/2021), setelah merosot US$5,3 atau 0,28 persen menjadi US$1.898,50 pada Kamis (27/5/2021), dan menguat US$3,2 atau 0,17 persen menjadi US$1.901,20 pada Rabu (26/5/2021). Pasar AS tutup pada Senin (31/5/2021) untuk libur Memorial Day.

"Pada titik ini, ini adalah antisipasi dari beberapa berita ekonomi yang keluar minggu ini ... yang akan meningkatkan kekhawatiran mengenai inflasi dan akan berdampak positif pada momentum di pasar emas," kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.

"Obligasi pemerintah relatif tenang mengingat berita inflasi," kata Sica, menambahkan bahwa momentum di pasar saham mencegah emas terus bergerak lebih tinggi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun di bawah 1,60 persen, mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak membayar bunga, sementara pasar saham melayang di dekat rekor tertinggi.

Investor sekarang menunggu data penggajian AS yang akan dirilis pada Jumat (4/6/2021) untuk mengukur isyarat kebijakan moneter di waktu mendatang.

Kemacetan dalam rantai pasokan dan kenaikan harga-harga komoditas dapat membatasi potensi pertumbuhan manufaktur AS, dan Federal Reserve memperhatikan data pasar tenaga kerja, kata analis Commerzbank, Daniel Briesemann.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya juga turun dari tertinggi sesi, membuat emas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

“Dolar yang lebih lemah dan inflasi yang tinggi [baik yang diharapkan maupun yang nyata] akan memberikan dukungan untuk emas. Kami terus memperkirakan emas di US$2.000 pada paruh kedua tahun ini,” kata Analis ED&F Man Capital Markets. Edward Meir.

Logam mulia lainnya, Perak untuk pengiriman Juli naik 10,2 sen atau 0,36 persen, menjadi ditutup pada US$28,204 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun US$7,0 atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada US$1.192,70 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper