Bisnis.com, JAKARTA - Lo Kheng Hong, investor kawakan Indonesia buka suara mengenai saham Tesla.
Menurutnya, perusahaan teknologi yang dimiliki taipan Elon Musk tersebut kemungkinan baru mencapai titik impas (break even point) sekitar 10 abad lagi
“Saya gak mungkin membeli saham Tesla PER [price earning ratio] 1.000 kali, gak mungkin seperti itu. PER 1.000 kali artinya kalau laba tidak bertumbuh, investasi kita baru break even [BEP] setelah 10 abad," ujarnya dalam wawancara dengan Lukas Setia Atmaja yang diunggah akun Instagram @lukas_setiaatmaja, Rabu (18/5/2021).
Mengacu dari hal itu, pria yang disebut sebagai Warren Buffet Indonesia tersebut enggan untuk membeli saham teknologi, entah itu Tesla atau perusahaan lainnya.
Menurutnya harga saham saham teknologi terlalu mahal dan tidak masuk akal. Pak Lo, sapaan akrabnya mengaku tak berminat melihat kinerja sebuah perusahaan yang berlebihan di masa yang akan datang. Alih-alih mengikuti tren, dia justru harus melihat laporan keuangan perusahaan terkait. Salah satu bagian yang dianalisis, yaitu terkait laporan laba rugi.
Bukan itu saja, Pak Lo juga mengaggap jika saham teknologi ini hanya cocok untuk manajer investasi atau fund manager bukan investor pada umumnya.
Baca Juga
“Saham teknologi itu untuk fund manager karena mereka kelola uang orang lain, bukan uang mereka sendiri. Kalau rugi pun gak apa-apa, mereka tetep untung,” ucap Lo Kheng Hong.
Nama saham Tesla mencuat beberapa bulan lalu, saat Elson Musk membuat pembelian sahamnya menggunakan Bitcoin. Namun, beberapa waktu terakhir saham Tesla mengalami penurunan.
Dilansir dari Yahoo Finance, harga saham Tesla (NASDAQ: TSLA) telah turun signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Minggu lalu, ditutup pada US$590. Itu sekitar 34 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa di US$900, yang ditetapkan pada bulan Januari 2021. Selama setahun terakhir, saham Tesla masih naik sekitar 275 persen.