Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Nantikan Data Inflasi, Rupiah Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.465 per dolar AS pada pukul 09.29 WIB.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau bergerak ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Senin (3/5/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.465 per dolar AS pada pukul 09.29 WIB. Sedangkan pada pukul 09.32 indeks dolar AS terpantau menguat 0,01 persen ke 91.2870.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah di pasar spot sempat dibuka melemah 15 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.460 per dolar AS. 

Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan masih dipengaruhi oleh laju indeks dolar AS. Indeks yang melacak pergerakan mata uang dolar terhadap enam mata uang utama lainnya ini menguat pada akhir perdagangan pekan lalu setelah data ekonomi AS menunjukkan pemulihan. 

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi bulan April 2021 pada hari ini.

Pedagang minggu depan melihat data tambahan termasuk penggajian non-pertanian AS dan manufaktur ISM.

Ekonom BCA David Sumual memperkirakan inflasi April 2021 sekitar 0,16 persen secara month-to-month (mom), lebih tinggi diban­ding­kan dengan Maret 2021 yaitu 0,08 persen.

Sementara itu, inflasi tahunan April 2021 diprediksi 1,45 persen year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan April 2020 sebesar 1,37 persen.

Meski demikian, David menilai inflasi pada Ramadan kali ini tidak setinggi Ramadan pada sebelum pandemi. Hal tersebut disebabkan oleh larangan mudik Lebaran dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro.

“Ini ada kaitannya dengan mobilitas juga. Ada larangan mudik, jadi biasanya biaya transportasi itu yang naik kencang,” jelas David kepada Bisnis, Minggu (2/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper