Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjelasan POWR Tukar Surat Utang jadi Lebih Mahal

Cikarang Listrindo (POWR) merancang menerbitkan surat utang (notes) baru senilai US$600 juta untuk jangka waktu 15 tahun.
Pembangkit listrik yang dikelola PT Cikarang Listrindo Tbk. /listrindo.com
Pembangkit listrik yang dikelola PT Cikarang Listrindo Tbk. /listrindo.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Cikarang Listrindo Tbk. (POWR) mengumumkan akan menerbitkan surat utang (notes) sebesar US$600 juta. Rencananya, surat utang ini akan digunakan membayar surat utang serupa yang jatuh tempo pada 2026 dengan pokok dan bunga sebesar US$550 juta. 

Atas rencana ini, perseroan memberikan penjelasan ke Bursa Efek Indonesia  terutama dengan lebih mahalnya bunga dalam notes baru dibandingkan surat utang yang akan jatuh tempo pada 2026. Notes jatuh tempo 5 tahun mendatang itu memiliki suku bunga 4,95 persen.  Sedangkan notes baru yang dirancang manajemen memiliki suku bunga 5,75 persen. 

"Rencana transaksi dilaksanakan untuk meningkatkan likuiditas Perseroan dan untuk mendukung kebutuhan pembiayaan umum Perseroan. Peningkatan likuiditas tersebut akan digunakan untuk pelunasan sebagian atau keseluruhan atas Notes 2026 termasuk bunga dan biaya lainnya," jelas Christanto Pranata, Direktur Keuangan POWR, dalam keterbukaan Selasa (27/4/2021). 

Dia menuturkan meski telah mengumumkan rencana penerbitan notes baru termasuk pelunasan notes 2026, POWR sendiri masih menunggu kondisi pasar memberikan kesempatan terbaik untuk melakukan penerbitan ataupun pelunasan. 

Meski begitu, berdasarkan indenture, perseroan dapat melakukan penebusan notes atau senior notes secara sewaktu-waktu sebelum 14 September 2021.Sedangkan senior notes dapat ditebus setelah 14 September 2021 dengan perincian harga penebusan setara dengan 102,475 persen, 101,650 persen, 100,825 persen dan 100,00 persen dari nilai pokok, ditambah bunga akrual dan pokok belum dibayar bila ditebus selama 12 bulan dimulai pada 14 September 2021, 14 September 2022, 14 September 2023 dan 14 September 2024.

Christanto menyebutkan saat penerbitan notes baru dan pelunasan notes 2026, rasio laba POWR akan mengalami penurunan. Penyebabnya ada biaya premium yang harus dibayar perusahaan untuk pelunasan. 

"Namun dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang, dimana jatuh tempo hutang yang lebih panjang, maka hal ini akan meningkatkan likuiditas Perseroan. Tidak akan ada perubahan material pada solvability ratio," jelasnya lebih lanjut.

POWR sendiri mencatatkan penurunan kinerja penjualan 17,9 persen hingga September 2020 untuk pelanggan dalam kawasan industri. Pendapatan perusahaan turun dari US$324 juta menjadi US$266 juta. 

Sedangkan penjualan ke PLN turun 34,7 persen dari US$116 juta menjadi US$75,8 juta. Berkurangnya pendapatan ke PLN karena berakhirnya perjanjian tahap pertama sebesar 150 MW. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper