Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kilaunya Semakin Pudar, Harga Emas Jatuh Ke Level US$1.600

Harga emas di pasar spot terpantau turun hingga 0,32 persen ke level US$1.679,83 per troy ounce. Sedangkan, harga emas Comex juga sempat terkoreksi hingga 0,38 persen ke posisi US$1.679,60 per troy ounce, ,mendekati harga terendah dalam 9 bulan terakhir.
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir mengalami lonjakan hingga menyentuh hampir Rp1 juta per gram./logammulia.com
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir mengalami lonjakan hingga menyentuh hampir Rp1 juta per gram./logammulia.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terus terkoreksi dan menyentuh level di bawah US$1.700 per troy ounce seiring dengan rencana tambahan stimulus yang mendorong penguatan imbal hasil (yield) US Treasury dan dolar AS.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (31/3/2021), harga emas di pasar spot terpantau turun hingga 0,32 persen ke level US$1.679,83 per troy ounce. Sedangkan, harga emas Comex juga sempat terkoreksi hingga 0,38 persen ke posisi US$1.679,60 per troy ounce. Level tersebut juga semakin mendekati catatan harga terendah dalam 9 bulan terakhir.

Koreksi juga terjadi pada harga emas batangan 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. Berdasarkan informasi dari Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga dasar emas 24 karat ukuran 1 gram dijual senilai Rp903.000, atau turun Rp8.000.

Emas satuan terkecil dengan ukuran 0,5 gram dijual Rp501.500, atau turun Rp4.000 dari posisi sebelumnya. Untuk harga emas 24 karat ukuran 5 gram hari ini dibanderol Rp4.290.000. Selanjutnya emas batangan dengan satuan 10 gram dijual dengan harga Rp8.525.000.

Harga emas untuk satuan 50 gram dibanderol Rp42.295.000 sedangkan untuk cetakan berukuran 100 gram dapat ditebus dengan harga Rp84.512.000. Adapun, ukuran 1.000 gram dihargai Rp843.600.000.

Harga logam mulia ini tengah menuju penurunan kuartalan pertamanya sejak 2018 lalu setelah membaiknya prospek pemulihan ekonomi global mengurangi daya tarik aset safe haven ini.

Turunnya minat terhadap emas terlihat dari banyaknya investor yang melepas exchange traded funds (ETF) berbasis emas. Data dari Bloomberg menyebutkan, investor melepas 49.394 troy ounce dari ETF emasnya pada Selasa (30/3/2021) kemarin.

Jumlah tersebut membawa angka jual bersih ETF emas ke level 6,75 juta ounce dengan nilai US$84,6 juta. Adapun, total kepemilikan ETF emas juga turun 6,3 persen pada tahun ini menjadi 100 juta ounce, atau level terendah sejak 28 mei 2020 lalu.

Harga emas tertekan oleh penguatan yield US Treasury seiring dengan sikap pelaku pasar yang mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Sementara itu, proses vaksinasi di AS juga dipercepat seiring dengan pernyataan Presiden AS, Joe Biden bahwa 90 persen populasi di negara tersebut dapat menerima vaksin pada 19 April mendatang.

Dalam pidatonya di Pittsburgh pada Rabu waktu setempat, Biden akan membahas rencana ekspansi belanja negara besar-besaran yang diarahkan untuk mengurangi kesenjangan serta memperkuat infrastruktur Negara Paman Sam.

Di sisi lain, Biden juga akan membahas rencana revisi peraturan perpajakan yang mendapat dukungan dan penolakan dari para politisi dan ekonom. Rencana-rencana tersebut turut menekan harga emas dibawah level US$1.700 per troy ounce setelah sempat bertahan diatas kisaran tersebut selama tiga pekan sebelumnya.

Analis Commerzbank AG Daniel Briesemann menyebutkan, kenaikan dolar AS serta US Treasury menghambat terjadinya rebound harga emas yang berkelanjutan.

“Aset emas saat ini sedang kekurangan dukungan dari para investor, seiring dengan minat yang rendah,” ujarnya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, Analis TD Securities Ryan McKay menyebutkan, rencana yang akan dibahas Biden memicu kenaikan tingkat imbal hasil obligasi serta reli dolar AS yang berkelanjutan. Dengan pasar saham yang tetap stabil, tren penguatan US Treasury dan dolar AS diprediksi dapat tetap terjadi tanpa adanya intervensi dari Bank Sentral AS, The Fed.

“Hal ini akan terus membebani harga emas. Kami bahkan melihat dalam beberapa sesi perdagangan saat nilai tukar dolar AS melemah, emas tetap kesulitan menguat yang menjadi indikasi rendahnya minat investor untuk membeli emas saat ini,” jelasnya.

Senada, Analis Pasar di OANDA, Sophie Griffiths dalam risetnya mengatakan, lonjakan yield US Treasury menekan permintaan pasar terhadap aset emas yang tidak memiliki imbal hasil. Sementara itu, tren reflationary trade juga memunculkan pertanyaan dari pasar terkait kemampuan The Fed menjaga tingkat suku bunga yang rendah.

Sementara itu, analis ABN Amro Bank NV Georgette Boele menyebutkan, setelah menembus level dibawah US$1.700, level support harga emas akan berada di kisaran US$1.650 hingga US$1.670 per troy ounce.

“Jika kembali jatuh di bawah level tersebut, maka harga emas dapat terkoreksi hingga US$1.600 per troy ounce,” ujarnya.

emas, emas batangan, harga emas, emas antam, emas pegadaian,
emas, emas batangan, harga emas, emas antam, emas pegadaian,

Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (18/2/2021).  Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Division Manager PT Royal Trust Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan, berpindahnya investor ke aset dolar AS membuat harga emas semakin tertekan dan anjlok ke level US$1.600 per troy ounce. Hal tersebut juga ditembah dengan rilis data indeks kepercayaan konsumen AS yang menunjukkan penurunan.

“Meski dampaknya tidak terlihat langsung, dampak rilis data tersebut terhadap emas sudah terasa dari penurunan ini,” katanya saat dihubungi pada Rabu (31/3/2021).

Suluh melanjutkan, dalam jangka pendek harga emas masih berpotensi mengalami koreksi. Pasalnya, perekonomian dunia tengah memasuki akhir kuartal I/2021 dan belum ada sentimen positif yang signifikan untuk mendorong rebound harga.

Dia memaparkan, memasuki kuartal II/2021 mendatang, perhatian pelaku pasar akan tertuju pada rilis data non farm payrolls serta angka pengangguran di AS. Menurutnya, apabila hasil data tersebut positif, harga emas akan semakin tertekan dan kesulitan kembali ke US$1.700 per troy ounce.

Di sisi lain, proses vaksinasi virus corona yang terus berjalan di seluruh dunia akan semakin membebani pergerakan harga logam mulia. Suluh memprediksi, level support emas akan berada di US$1.670 per troy ounce dan resistance pada US$1.700 per troy ounce.

Meski demikian, dia menilai prospek harga emas dalam jangka panjang masih cukup positif. Hal ini didorong oleh sikap investor yang akan melakukan buy on weakness ketika harga emas sedang rendah.

“Saat ini, para investor sedang melepas emasnya dan berpindah ke obligasi AS atau dolar AS. Saat mereka sudah mengetahu level harga yang rendah, investor pasti akan kembali ke emas,” kata Suluh.

Dia memprediksi, harga emas dalam jangka panjang hampir pasti dapat menembus kisaran US$1.700 per troy ounce. Sementara itu, level resistance diproyeksikan pada level US$1.800 per troy ounce.

Sementara itu, laporan dari Morgan Stanley menyebutkan kenaikan imbal hasil obligasi AS saat ini telah melampaui batas wajarnya. Hal tersebut diyakini dapat menjadi pendukung kenaikan harga emas dalam jangka pendek.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, selain penguatan US Treasury dan dolar AS, harga emas juga ditekan oleh sentimen rencana stimulus tambahan Joe Biden yang diprediksi akan mencapai US$3 triliun.

“Dengan gelontoran stimulus sebelumnya sebesar US$1,9 triliun, dolar AS sudah cukup menguat. Penambahan stimulus dari AS akan semakin menekan harga emas serta semakin memperkuat posisi dolar AS,” jelasnya.

Selain itu, penyebaran virus corona juga membuat sejumlah negara di Eropa masih memberlakukan kebijakan lockdown yang akan menghambat pemulihan ekonomi di wilayah itu. Hal tersebut akan berimbas pada melebarnya spread obligasi negara di Eropa dengan US Treasury yang akan menekan harga emas.

Ibrahim memprediksi, harga emas dapat terkoreksi hingga ke level US$1.625 per troy ounce dalam beberapa pekan ini. Setelah menembus level tersebut, harga emas kemungkinan akan kembali ke kisaran US$1.700 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper