Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sikap The Fed Bikin Pelaku Pasar Tenang, IHSG Diramal Terus Melenggang

Sikap optimistis pasar terlihat dari aksi beli bersih investor asing yang mencapai Rp614,38 miliar di seluruh pasar hari ini.
Karyawan memotret layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (23/11/2020). Bisnis/Abdurachman
Karyawan memotret layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (23/11/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Sikap Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve alias The Fed, untuk mempertahankan suku bunga acuan dinilai menjadi pendorong utama penguatan pasar saham.

Pada perdagangan Kamis (18/3/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil parkir di zona hijau dengan naik 1,12 persen ke level 6347,83. Indeks komposit akhirnya berbalik menguat setelah mengalami koreksi tiga hari beruntun.

Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan hasil rapat bank sentral AS menjadi penggerak utama penguatan IHSG pada hari ini, sejalan dengan bursa AS yang juga menghijau tadi malam.

Tak hanya itu, dia menyebut sikap optimistis pasar juga terlihat dari aksi beli bersih investor asing. Tercatat, hari ini investor asing membukukan net foreign buy mencapai Rp614,38 miliar di seluruh pasar.

“Karena mereka masuknya juga banyak di bank buku 4 dengan ekspektasi punya kinerja tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu,” kata Mino, Kamis (18/3/2021)

Tiga saham perbankan besar memang menjadi yang paling banyak diborong asing hari ini yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

BMRI membukukan net foreign buy Rp188,8 miliar, BBRI Rp99,7 miliar, dan BBNI Rp85,6 miliar.

Mino menjelaskan, sebelum keputusan hasil rapat The Fed pelaku pasar masih khawatir dan dihantui oleh kenaikan yield obligasi AS alias US Treasury yang terus konsisten, ditambah ekspektasi soal tingkat inflasi AS yang akan naik.

Pun, kecemasan tersebut mereda setelah The Fed menegaskan bahwa mereka akan tetap mempertahankan suku bunga rendah setidaknya hingga 2023 mendatang dan mentolerir kenaikan inflasi di atas target 2,2 persen.

“Pernyataan itu tentunya membuat investor menjadi tenang tidak seperti sebelumnya. Apalagi The Fed juga memproyeksi ekonomi Amerika tahun ini akan tumbuh 6,5 persen,” imbuh Mino.

Menurutnya, secara fundamental hal tersebut akan berdampak positif terhadap ekonomi dalam negeri karena AS merupakan salah satu mitra dagang Indonesia yang cukup besar. Alhasil, pelaku pasar merespons positif di pasar saham.

Dia juga memperkirakan penguatan indeks komposit masih akan terus berlanjut dalam jangka pendek—menengah, seiring adanya potensi penguatan saham yang didorong ekspektasi kinerja emiten yang lebih baik dibanding tahun lalu.

“Kalau melihat sentimen yang berkembang harusnya penguatan indeks bisa berlanjut. Ketika ekonomi dalam periode pemulihan membuat aset yang beresiko seperti saham lebih menarik dari aset safe haven,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper