Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antara TLKM dan ARTO, Begini Pandangan Mantan Bos BEI

Pada perdagangan Jumat (13/3/2021), emiten bersandi ARTO itu ditutup dengan harga Rp11.375. Artinya apabila dibandingkan dengan harga IPO pada lima tahun lalu, saham bank ini telah melesat hingga lebih dari 80 kali lipat. 
Logo PT Bank Jago Tbk. /istimewa
Logo PT Bank Jago Tbk. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud mengomentari harga saham PT Bank Jago Tbk. yang telah menembus level Rp11.000. 

Seperti diketahui, pada perdagangan Jumat (13/3/2021), emiten bersandi ARTO itu ditutup dengan harga Rp11.375. Artinya apabila dibandingkan dengan harga IPO pada lima tahun lalu, saham bank ini telah melesat hingga lebih dari 80 kali lipat. 

Menurut Hasan, pergerakan saham ARTO tergolong spektakuler karena berasal dari bank papan bawah yang tidak dilirik dan menyodok menjadi saham berkapitalisasi di atas Rp100 triliun. ARTO bahkan mampu menyalip emiten blue chip seperti BBNI, BRIS, INDF dan CPIN.

"ARTO memang fantastis. Menggunakan PBV sebagai tolok ukur konvensional sektor perbankan, PBV ARTO lebih dari 100 kali. Price Earning Ratio nya minus 651 kali, NPM minus 164 persen," katanya.

Kendati demikian, Hasan tidak berani membeli saham ARTO. Pasalnya pergerakan emiten tersebut tidak dapat dihitung dengan cara konvensional. 

Meskipun, dia berasumsi pengguna jasa Gojek yang berjumlah 38 juta orang akan serta merta menjadi nasabah ARTO, lalu ditambah dengan pengguna jasa Tokopedia, sehingga nasabah ARTO akan jauh melampaui jumlah nasabah bank apapun di Indonesia.

Pasar pun beranggapan setiap nasabah potensial tersebut akan mengendapkan saldonya di ARTO dalam rata rata tidak kurang dari USD 700. Bahkan, pelanggan Gojek dan Tokopedia sebagian besar juga dapat menjadi debitur ARTO, tanpa macet.

"Boleh jadi kumulatif kerugian selama empat tahun terakhir, akan segera ditutup dengan keuntungan seketika, begitu ARTO berkawin dengan Gojek. Masih banyak boleh jadi yang lain. Membuat saya makin takut. Ilmu saya belum sampai ke tingkat itu," imbuhnya.

Oleh karena itu, dia menyampaikan lebih memilih saham konvesional. Saat ini dia mengaku 50 persen nilai portfolio ditaruh pada saham TLKM.

Menaruh separuh nilai portofolio pada TLKM ini dilakukan dengan menimbang keberadaan ARTO.

"Karena TLKM punya andil di Gojek, dan Gojek punya penyertaan di Link Aja. Siapa tahu TLKM ikut kecipratan berkah ARTO," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper