Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran terjadinya taper tantrum pada pasar emerging market termasuk Indonesia dinilai masih terlalu dini. Pasalnya, Bursa saham Indonesia masih cukup berdaya tahan jika terjadi aksi jual investor asing di pasar modal.
Equity Analyst Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami menilai kekhawatiran adanya tapering setelah Presiden AS Joe Biden berencana menggelontorkan stimulus jumbo US$1,9 miliar yang dapat mendorong inflasi sehingga The Fed akan melakukan pengetatan kebijakan lebih cepat.
"Karena target inflasi jangka panjang belum stabil di 2 persen dan juga job market belum kembali dan masih jauh dari level pre pandemi, karena mandat The Fed itu terutama terhadap dua hal tersebut. Pasar saat ini lebih concern kepada inflasi ini, tapi tidak terlalu melihat job market," katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu, Jumat (12/2/2021).
Dengan demikian, dalam jangka pendek tapering akibat stimulus Biden ini nampaknya belum akan terjadi. Kendati demikian, dalam jangka panjang tapering dari The Fed perlu diwaspadai.
Pengetatan atau tapering dari The Fed, menurut Zamzami, baru terjadi ketika ekonomi AS mengalami pemulihan lebih cepat atau malah overheat sehingga The Fed harus mengurangi program pembelian asetnya yang setelah itu menaikkan suku bunga.
"Namun, The fed menegaskan bahwa jika terjadi masa itu, transparansi dari mereka ke pasar akan jelas dan pengumuman tapering akan jauh sebelum tapering itu terjadi," katanya.
Baca Juga
Menurutnya, The Fed sudah belajar dari apa yang terjadi pada 2013 lalu dan pastinya tidak mau menyebabkan pasar finansial menjadi tidak stabil lagi seperti ketika tapering terjadi pada 2013.
Dia juga mengharapkan dampak tapering terhadap emerging market tidak akan terlalu besar dan tidak separah 2013 dimana di Indonesia terjadi aksi net sell investor asing mencapai US$6 miliar.
"Saat ini, kebanyakan emerging market punya CAD yang besar, yang didanai oleh capital flow. Tahun ini karena dampak Covid-19 juga, impor banyak turun, sehingga CAD emerging market pun tergerus, seperti di Indonesia rasio CAD terhadap PDB pada 2020 turun 0,46 persen, sementara pada 2013 turun 3,16 persen," urainya.
Selain itu, investor asing juga sudah banyak melakukan outflow meski pada 2019 Indonesia mencatatkan net inflow investor asing pada pasar modal. Bisa jadi, posisi investor asing di emerging market juga tidak sebanyak waktu 2013.
"Jadi, harusnya impact kalau terjadi aksi jual asing atau outflow tidak akan besar," imbuhnya.
Dia menilai FOMC meeting pada pertengahan bulan akan menjadi perhatian, khususnya mengenai program pembelian obligasi di AS dan menjadi petunjuk mengenai jangka waktu kapan tren suku bunga AS rendah ini akan terjadi.
Adapun, pada akhir perdagangan Jumat (12/3/2021), IHSG ditutup naik 1,49 persen menjadi 6.358. Sejak awal tahun, indeks tumbuh 6,34 persen dengan catatan aksi beli (net buy) investor asing senilai Rp12,79 triliun.