Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kompak Cetak Penurunan Kinerja di 2020, Gimana Nasib Emiten Batu Bara Tahun Ini?

Peluang emiten batu bara untuk memperbaiki kinerjanya tahun ini terbuka sangat lebar seiring dengan pemulihan harga batu bara global.
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy

Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2020 tampaknya bukan menjadi tahun keberuntungan bagi emiten batu bara.

Berdasarkan catatan Bisnis, sebanyak 5 emiten batu bara yang telah melaporkan kinerja keuangan 2020, semuanya kompak mencatatkan penurunan pendapatan. 

Namun dari sisi bottom line, hanya PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) yang berhasil mencetak pertumbuhan sebesar 43,62 persen menjadi US$93,93 juta. 

Sementara itu, emiten batu bara lainnya mencetak penurunan laba bersih hingga lebih dari 40 persen. Adapun, penurunan laba bersih terbesar adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) yang mencatatkan koreksi hingga 69,51 persen menjadi US$39,46 juta.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa faktor utama penurunan kinerja emiten adalah pelemahan harga batu bara dan penurunan volume produksi.

Dia menjelaskan bahwa penurunan volume produksi yang dilakukan mayoritas emiten itu pun sebagai respon terhadap penurunan permintaan secara global karena dampak pandemi Covid-19.

“Penurunan pendapatan yang berlangsung cepat membuat laba turun, dan margin laba mengecil karena pendapatan turun lebih dalam dibandingkan dengan biaya,” ujar Alfred kepada Bisnis, Minggu (14/3/2021).

Namun, Alfred mengungkapkan bahwa peluang emiten batu bara untuk memperbaiki kinerjanya tahun ini terbuka sangat lebar seiring dengan pemulihan harga batu bara global.

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/3/2021) harga batu bara Newcastle untuk kontrak April 2021 di bursa ICE menguat 2,81 persen ke level US$87,75 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2021, harga telah naik 8,13 persen.

Pemulihan harga batu bara itu diyakini dapat mendongkrak pendapatan emiten, apalagi saat ini target produksi mayoritas emiten juga telah meningkat.

“Maka pendapatan dan laba emiten batu bara tahun ini akan tumbuh agresif hingga di atas 20 persen karena dibandingkan dengan perolehan kinerja 2020 yang rendah,” papar Alfred.

Di antara saham batu bara lainnya, Alfred menjadikan PTBA sebagai top picks dengan mempertimbangkan valuasi, dividen, potensi pertumbuhan 2021, dan kuatnya kontribusi pasar domestik.

Sementara itu, analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai penguatan harga batu bara yang terjadi saat ini tidak serta merta akan membantu pemulihan kinerja emiten.

Dia menjelaskan permintaan batu bara saat ini masih belum terlihat meningkat kendati adanya prospek ekonomi yang membaik.

“Namun, ke depannya dengan harapan vaksin dapat berjalan sesuai rencana seharusnya pada tahun ini kinerja dari emiten batu bara dapat membaik,” ujar Chris kepada Bisnis, Minggu (14/3/2021).

Di sisi lain, dia tidak merekomendasikan secara rinci saham pilihannya di antara saham batu bara. 

Dia menjelaskan bahwa untuk saat ini saham emiten batu bara masih dalam fase sideways sehingga cenderung buy on weakness dan sell on strength di area sideways masing-masing saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper