Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biar Gak Rugi, BPJS Ketenagakerjaan Harapkan IHSG ke Level 7.000

Berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis, unrealized loss BPJS Ketenagakerjaan per pertengahan Januari 2021mencapai Rp13 triliun.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan pasar saham yang tergambar dalam kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak hanya merugikan investor ritel, tetapi juga institusi. Tak terkecuali investasi BPJS Ketenagakerjaan di pasar modal.

Dalam 3 tahun terakhir, kinerja IHSG memang cenderung menurun. Pada akhir 2017, IHSG ditutup di level 6.255,65, dan turun 2,54 persen pada akhir 2018 di level 6.194,49. Padahal, pada 2018 IHSG sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa 6.689,28.

Kemudian, pada akhir 2019, IHSG naik tipis 1,7 persen menuju 6.299,54. Namun, pada 2020 di tengah pandemi Covid-19, IHSG kembali koreksi 5,09 persen menjadi 5.979,07.

BPJS Ketenagakerjaan pun menderita unrealized loss sekitar Rp13 triliun di pasar saham. Kerugian yang belum direalisasikan itu diperkirakan dapat menjadi netral jika indeks harga saham gabungan atau IHSG berada di kisaran 6.800–7.100.

Hal tersebut tercantum dalam dokumen terkait kebijakan dan penanganan defisit program Jaminan Hari Tua (JHT) yang diperoleh Bisnis. Tertulis bahwa terdapat defisit program JHT hingga Rp14,75 triliun atau posisi solvabilitasnya 95,92 persen pada akhir 2020.

Tertulis bahwa masalah solvabilitas itu berkaitan dengan penempatan investasi BPJS Ketenagakerjaan di instrumen pasar modal. Alokasi investasi saham dan reksa dana oleh badan tersebut pada akhir 2020 tercatat sebesar 27,3 persen, turun dari 31 Desember 2019 sebesar 30,8 persen.

Masalah defisit itu pun terjadi di tengah unrealized loss investasi BPJS Ketenagakerjaan. Berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis, unrealized loss BPJS Ketenagakerjaan per Desember 2019 berkisar Rp13 triliun–14 triliun.

Jumlah itu membengkak dalam kurun Agustus–September 2020 saat nilai unrealized loss mencapai sekitar Rp40 triliun, bahkan ada pihak yang menyebut nilainya menyentuh Rp43 triliun. Namun, pada pertengahan Januari 2021 nilainya telah menjadi Rp13 triliun.

"Direktorat Investasi sudah melakukan uji sensitivitas terhadap proyeksi solvabilitas atau rasio kecukupan dana [RKD] program JHT, di mana jika IHSG berada di level 6.800 sampai dengan 7.100, maka unrealized loss dari program JHT akan netral dan RKD berada di level 100 persen," tertulis dalam dokumen yang diperoleh Bisnis.

Deputi Direktur Bidang Humas dan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan atau BPJAMSOSTEK Irvansyah Utoh Banja membenarkan adanya defisit program JHT. Menurutnya, masalah solvabilitas tak lepas dari gejolak kinerja pasar modal.

Menurutnya, terdapat dana dalam portofolio aset JHT yang diinvestasikan di instrumen saham dan reksadana. Hal tersebut membuat kinerja investasi terpengaruh terpapar kondisi pasar, sehingga kenaikan dan penurunan aset tergantung dengan kondisi bursa.

"Karena kondisi penempatan dana terpengaruh fluktuasi pasar modal. Untuk angka pasti Desember 2020, harus menunggu audit Kantor Akuntan Publik KAP, pasti akan kami umumkan," ujar Utoh kepada Bisnis, Rabu (10/2/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper