Bisnis.com, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melanjutkan pelemahannya pekan depan setelah rilis data pekerja AS yang kurang memuaskan. Pasar emerging market diproyeksi akan mendapatkan dampak positif dari pelemahan tersebut.
Citigroup menyebut dolar AS akan menjadi mesin pendanaan menuju negara-negara emerging daripada euro. Pasalnya, sejarah menunjukkan mata uang AS cenderung melemah selama periode pemulihan global.
Para ahli strategi pasar Citigroup yang dipimpin Dirk Willer mengungkapkan meski pendanaan euro baru-baru ini semakin populer, mata uang tunggal biasanya bergerak ke arah yang sama dengan nilai tukar emerging market sehingga mengurangi potensi keuntungan bagi investor.
"Sehubungan dengan 2021, kami yakin AS akan lebih berkembang daripada Eropa. Namun, masih tidak jelas bagi kami bahwa kondisinya akan sama untuk mata uang euro ikut turun dari mata uang emerging market yang memisahkan diri dari penurunan," urainya dikutip dari Bloomberg, MInggu (7/2/2021).
Menurut Dirk, meski ekonomi AS cenderung tumbuh lebih cepat daripada Eropa, hal tersebut tidak cukup untuk membuat pelemahan dolar berhenti. Analisis dari tiga periode sebelumnya di AS ketika kinerja ekonomi yang lebih baik membuat nilai tukar AS cenderung melemah meskipun ekonomi AS rebound paling banyak.
Sementara itu, tapering The Fed dipastikan akan menyebabkan dolar menguat. Meski begitu Gubernur The Fed Powell tampaknya akan menggunakan inflasi baru dalam kerangka kerja penargetan dan penundaan tapering lebih lama dari biasanya. Dengan demikian, penguatan dolar belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Baca Juga
Di sisi lain, pendanaan Euro akan bekerja paling baik untuk perdagangan di emerging market jika mata uang bersama tersebut melemah, sementara mata uang emerging market menguat. Namun, hal ini hanya terjadi pada 9 kuartal sejak 2005 dan sepertinya tidak mungkin berlangsung pada 2021.
Dalam rekomendasi perdagangan di emerging market lainnya, Citigroup menegaskan kembali posisi panjang di mata uang Afrika Selatan ZAR dan mata uang Rusia RUB, sambil menyarankan kehati-hatian tentang kemungkinan ruang imbal hasil yang tinggi di pasar Eropa Tengah, Eropa Timur, Timur Tengah dan Afrika