Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar mata uang pound sterling Inggris terus menguat setelah pemerintah setempat meningkatkan upaya vaksinasi virus corona yang memperbesar peluang pemulihan ekonomi.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (2/2/2021) nilai tukar mata uang pound sterling terhadap dolar AS terpantau di posisi US$1,36. Pound sterling juga menjadi satu-satunya mata uang negara anggota G-10 yang mempu bertahan menghadapi dolar Amerika Serikat pada tahun ini.
Hal tersebut kontras dibandingkan dengan posisi pound sterling pada awal tahun ini yang melemah ditengah kekhawatiran terkait Brexit dan pemulihan ekonomi Inggris.
Tren pemulihan nilai pound sterling ditopang oleh laju vaksinasi virus corona yang lebih cepat dibandingkan dengan AS dan negara-negara lain di Eropa. Sejauh ini, Inggris telah memvaksin sekitar 9 juta warganya.
Sentimen tersebut membuat pelaku pasar meyakini bank sentral Inggris, Bank of England (BOE) akan menunda pemotongan suku bunga acuan pada tahun depan. Adapun, BOE dijadwalkan akan merilis hasil konsultasi terkait suku bunga negatif pada Kamis pekan ini.
Head of Foreign-Exchange Strategy Rabobank di London, jane Foley menyatakan, pergerakan poundsterling saat ini dihiasi oleh sentimen bullish. Selain kecepatan proses vaksin, penguatan poundsterling juga didukung oleh rasio tabungan di Inggris yang kuat.
Baca Juga
“Kedua hal tersebut menambah harapan pemulihan produk domestik bruto (PDB) Inggris,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Penguatan pound sterling membuat analis dan pengelola dana semakin optimistis tren ini akan berlanjut sepanjang 2021. Jupiter Asset Management kini memasang posisi kenaikan pound sterling hingga 6 persen ke level US$1,45. Perusahaan tersebut juga meyakini poundsterling akan naik 4 persen dibandingkan dengan euro pada tahun ini.
“Keadaan saat ini mulai membaik. Kondisi ekonomi Inggris merupakan salah satu yang terdampak paling buruk, jadi mereka memiliki ruang yang lebih besar untuk rebound. Kami juga memperkirakan tidak ada pengetatan kebijakan fiskal dalam jangka panjang,” jelas Head of Fixed Income Alternatives Jupiter Asset Management, Mark Nash.
Co-Chief Investment Officer Arbuthnot Latham, Gregory Perdon mengatakan tren penguatan poundsterling yang berkelanjutan akan ditopang oleh dukungan moneter dari BOE dan bantuan fiskal dari pemerintah Inggris. Ia juga memperkirakan, BOE tidak akan melanjutkan rencananya untuk memangkas suku bunga acuan menjadi negatif.
“Sentimen keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) tanpa perjanjian antara kedua pihak juga kini mulai pudar,” jelasnya.
Sejumlah bank juga telah merevisi outlook nilai tukar pound sterling, salah satunya adalah MUFG yang memprediksi posisi pound sterling berada di level US$1,4125. Sementara itu, Nomura International Plc memperkirakan nilai tukar poundsterling akan berada di level US$1,42 pada akhir Maret mendatang.
Meski demikian, tren positif mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini juga masih dibayangi oleh rencana pemangkasan suku bunga ke arah negatif. Sinyal positif yang mendukung kebijakan ini dinilai akan menimbulkan kekhawatiran pada pelaku pasar.
Foreign Exchange Strategist Nomura, Jordan Rochester mengatakan, risiko dovish jangka pendek pada mata uang pound sterling berpotensi menguat apabila Komite Kebijakan Moneter BOE menyetujui pemangkasan tingkat suku bunga.
“Setelah pertengahan Februari, nilai pound sterling akan kembali outperform seiring dengan kebijakan BOE yang akan menghindari suku bunga negatif serta pembukaan kembali kegiatan ekonomi di Inggris,” jelasnya.