Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KBUMN Klaim Dampak Ekonomi Industri Baterai Kendaraan Listrik Capai Rp350 Triliun

Dampak industri baterai kendaraan listrik terhadap PDB Indonesia bisa mencapai US$25 miliar atau setara Rp350,62 triliun.
Menteri BUMN Erick Thohir ketika memberikan paparan dalam Indonesia Digital Conference 2020 yang diadakan secara daring, Rabu (16/12/2020)./Istimewa
Menteri BUMN Erick Thohir ketika memberikan paparan dalam Indonesia Digital Conference 2020 yang diadakan secara daring, Rabu (16/12/2020)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN menyebut dampak industri baterai terhadap produk domestik bruto (PDB) indonesia dapat mencapai US$25 miliar, penyerapan lebih dari 23.000 tenaga kerja hingga dampak positif ke neraca dagang hingga US$9 miliar.

Adapun, Indonesia membutuhkan mitra pemain global yang membawa teknologi, investasi, serta pasar ke Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.

Wakil I Menteri BUMN Pahala Mansury menuturkan salah satu kuncinya saat ini adalah menarik mitra global yang dapat membantu membangun industri baterai terintegrasi di Indonesia. Pasalnya, indonesia menjadi pemilik pasar dengan 270 juta penduduk sekaligus juga memiliki industri hulu, sehingga daya tarik ini harus dapat dimanfaatkan.

"Kenapa butuh kemitraan, Mind id, Antam, Pertamina dan PLN membutuhkan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki teknologi dan sumber daya baterai dan produsen electronic vehicle [EV] yang terintegrasi," katanya, Selasa (2/2/2021).

Dia menyebut dampak terhadap ekonomi pun cukup besar bagi Indonesia. Berdasarkan perhitungannya, dampak industri baterai kendaraan listrik ini bisa mencapai US$25 miliar atau setara Rp350,62 triliun.

Selain itu, dapat menyerap tenaga kerja lebih dari 23.000 tenaga kerja dan berdampak positif ke neraca perdagangan hingga US$9 miliar atau setara Rp126,22 triliun.

Di sisi lain, Indonesia juga membutuhkan investasi hingga miliaran dolar AS untuk dapat merealisasikan potensi tersebut, mulai dari eksploitasi penambangan hingga pembangunan fasilitas baterai pack.

"Eksploitasi tambang juga butuh miliaran dolar, smelting dan refinery butuh fasilitas miliaran dolar bangun fasilitas tersebut, apalagi bangun pabrik precursor, cathode, battery, hingga EV battery cell dan battery pack butuh investasi puluhan miliar dolar," katanya.

Pahala juga menekankan Indonesia juga dapat memanfaatkan kandungan nikel produksi sendirinya untuk kebutuhan Indonesia dan juga kendaraan listrik di berbagai negara lain. Dengan demikian, Indonesia menjadi bagian dari mata rantai dunia dalam hal distribusi battery cell.

"Prospek pengembangan EV dan baterai ini strategis, perlu kami pastikan betul semua bisa kerja sama dan pastikan jangan sampai ada pihak memecah BUMN. Kami harus bangun konsorsium Indonesia Battery Corporation yang bisa membangun industri EV dan baterai secara terintegrasi," urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper