Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

January Effect Absen, Kinerja Reksa Dana Batal Moncer

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja negatif reksa dana saham di awal tahun ini tak mengherankan, mengingat jelang pergantian tahun pasar saham mengalami penguatan yang luar biasa.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja moncer reksa dana di awal tahun ternyata tak bertahan lama. Di paruh akhir Januari, pasar kembali tertekan sehingga menyebabkan kinerja reksa dana berbalik arah.

Berdasarkan data Infovesta Utama, secara year to date hingga 29 Januari 2021, reksa dana saham mencetak kinerja paling rendah yakni -3,36 persen, diikuti reksa dana campuran -1,50 persen.

Raihan kinerja reksa dana tersebut sejalan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berbalik amblas 1,95 persen dalam periode yang sama.

Padahal, hingga akhir pekan kedua Januari reksa dana saham sempat mencetak kinerja yang gemilang. Tercatat, sejak awal tahun hingga 15 Januari 2021 , imbal hasil eksa dana saham sempat menyentuh 5,30 persen.

Sementara itu di kelas aset lainnya, kinerja reksa dana pendapatan tetap tercatat -0,72 persen, sedangkan reksa dana pasar uang menjadi satu-satunya jenis reksa dana yang positif yakni 0,31 persen.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja negatif reksa dana saham di awal tahun ini tak mengherankan, mengingat jelang pergantian tahun pasar saham mengalami penguatan yang luar biasa.

“Jadi bisa dibilang January Effect-nya ya tidak ada, tapi wajar kok karena secara historis pun tidak selalu terjadi. Tidak seperti windows dressing yang hampir selalu terjadi,” kata Wawan kepada Bisnis.

Lebih lanjut dia mengatakan, optimisme pasar di akhir 2020 dan awal 2021 mulai pudar jelang pekan ketiga Januari, sejalan dengan kasus Covid-19 yang kian tak terkendali meski pemberian vaksin baik di Indonesia maupun di negara-negara lain mulai dilaksanakan.

Kondisi pasar juga semakin tertekan dengan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus diperpanjang sehingga membuat investor khawatir dengan perlambatan pemulihan ekonomi.

“Dengan jumlah penderita terus naik begini, ke depan pasti akan terus diperketat. Imbasnya ke pertumbuhan ekonomi Q1 sepertinya akan missed, jadi investor mulai pesimis,” tutur dia.

Dari sisi lain, Wawan menilai koreksi pasar yang beruntun di akhir Januari juga dipengaruhi oleh aksi jual paksa atau forced sell akibat transaksi margin yang dilakukan para investor ritel mengalami margin call.

“Investor ritel kita sedang aktif sekali, terlihat nilai transaksi yang belasan triliun setiap hari, pasti banyak yang memanfaatkan fasilitas margin, tapi kemudian banyak yang kena margin call dan emiten yang dijual paksa yang mengalami pelemahan dan membebani kinerja IHSG,” jelas Wawan.

Dia mengaku belum dapat memperkirakan kinerja reksa dana berbasis saham untuk Februari ini karena pergerakan pasar masih akan sangat tergantung pada perkembangan di bidang kesehatan, mulai dari penanggulangan kasus Covid, perpanjangan PPKM, hingga proses vaksinasi.

Selain itu, pergerakan harga saham juga akan banyak dipengaruhi oleh rilis laporan keuangan emiten-emiten untuk tahun buku 2020 yang mana akan memberi gambaran lebih jelas untuk prospek kinerja emiten tahun ini.

“Pasar saham kita belum tau, tergantung katalis positif apa saja yang bisa hadir di Februari,” katanya.

Sementara itu, kinerja kelas aset obligasi yang membuat reksa dana pendapatan tetap ikut boncos juga dianggap masih wajar, mengingat minimnya sentimen di pasar surat utang. Namun, dia meyakini kondisi tersebut akan berbalik ketika musim bagi kupon dimulai.

Reksa dana pendapatan tetap itu menunggu kupon masuk, harusnya nanti bisa positif. Meskipun dari segi gain dari harga stagnan, harusnya setelah ada kupon bisa positif,” pungkas Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper