Bisnis.com, JAKARTA - Indeks IDX Sector Technology bertaji pada perdagangan awal tahun ini. Namun, penguatan indeks yang impresif sepanjang tahun berjalan 2021 itu sangat jauh mencerminkan fundamental setiap konstituennya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 28 Januari 2021, indeks IDX Sector Technology yang memiliki konstituen sebanyak 19 saham melesat 78,69 persen sejak awal tahun (year-to-date).
Kenaikan itu jauh lebih baik atau outperform dari performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya tumbuh 0,01 persen. Kinerja itu pun memimpin seluruh kinerja indeks yang terdaftar di BEI.
Adapun, dari keseluruhan konstituen indeks hanya sebanyak 8 saham yang berhasil menguat, 8 saham terkoreksi, sedangkan 3 saham sisanya tidak bergerak.
Saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) memimpin penguatan harga sejak awal tahun sebesar 1.322 persen menjadi Rp5.975 per saham. Selanjutnya, saham PT Kioson Komersial Indonesia Tbk. (KIOS) menyusul karena meroket 349,32 persen.
Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa kenaikan indeks tersebut kemungkinan didorong oleh sentimen optimisme pasar terkait kinerja saham teknologi yang diuntungkan dengan bekerja atau sekolah dari rumah seiring dengan pandemi Covid-19.
Baca Juga
Namun, mayoritas saham teknologi itu kapitalisasi pasarnya relatif kecil sehingga cenderung tidak likuid.
“Selain itu, karena kurang likuid saham sektor ini cukup rawan karena harganya anomali, ada kecenderungan dikendalikan oleh pihak-pihak tertentu jadi agak sulit juga saya lihat saham-saham ini,” ujar Hans Kwee kepada Bisnis, Kamis (28/1/2021).
Hans Kwee pun menjelaskan bahwa penguatan saham yang terjadi juga jauh mencerminkan kualitas fundamentalnya. Dia menuturkan PER untuk saham DCII sudah mencapai 133x dengan PBV 26x.
Kemudian, KIOS masih memiliki PER merah, menandakan bottom line masih negatif, dengan PBV sekitar 5,5x. Tidak hanya itu, PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC) juga memiliki PER negatif dengan PBV 1,85x.
Selain itu, PT Indosterling Technomedia Tbk. (TECH), emiten debutan 2020, juga memiliki PER 3.025x karena EPS sebesar 0,79 dengan PBV 56x.
“Jadi, saran saya hold dulu untuk sektor teknologi, perhatikan semua fundamentalnya karena valuasinya sudah terlampau mahal yang berujung bisa merugikan,” ujar Hans.