Bisnis.com, JAKARTA - Untuk menjaga permintaan dan penawaran investasi di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggenjot pemanfaatan security crowdfunding dalam menambah suplai di pasar modal.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menuturkan pasca pandemi Covid-19 upaya menjaga keseimbangan antara suplai dengan permintaan di pasar modal menjadi krusial.
"Pasar modal ini bagaimana menyeimbangkan bagaimana keperluan permintaan akan berbagai instrumen yang ada, di masa pandemi banyak yang tadinya konsumtif berkurang karena ruang gerak berkurang. Tak bisa makan di restoran dan traveling ini pasti disposible income banyak sekali, ini menjadi kekuatan untuk investasi," paparnya dalam Webinar Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 bertajuk Akselerasi Pemulihan Ekonomi, selasa (26/1/2021).
Dana-dana ini terangnya, mengalir ke pasar modal yang tercermin sepanjang 2020, investor ritel di pasar modal melonjak hingga 3,87 juta Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 56 persen dari posisi akhir 2019. Dari jumlah itu, investor saham melonjak 53 persen menjadi 1,68 juta SID.
"Kalau instrumen tak ditambahi, supply and demand tidak match, harga bisa tinggi, ini harus dikendalikan pada 2021. Kami akan mempercepat dan mempermudah emiten rising fund di pasar modal," urainya.
Dalam rangka meningkatkan suplai berupa kebutuhan pendanaan, OJK pun merilis security crowdfunding (SCF) atau penawaran efek melalui layanan urun dana berbasis teknologi.
Wimboh menerangkan bagi millenials yang sudah mendapatkan kontrak SPK (Surat Perintah Kerja) suatu proyek dari pemerintah pusat maupun daerah dapat memanfaatkan SCF ini untuk menggalang dana.
"Proyek itu jumlahnya bisa Rp10 miliar, apabila harus ke perbankan belum tentu cukup, sekarang pendanaan dari teman, saudara, keluarga menjadi lebih dekat. Asal punya SPK bisa diberi, setahun bisa Rp74 triliun dari SPK pemerintah dan Pemda, ini untuk menyeimbangkan suplai dan demand di pasar modal," urainya.
Di sisi lain, pengawasan menjadi sangat penting agar suplai ini pun tidak terlalu banyak dibandingkan dengan permintaan investor. Selain itu, perlu pula memperhatikan sentimen global yang turut akan memengaruhi pasar modal Indonesia.
"Kami dorong masyarakat menggalang dana di pasar modal baik ritel maupun korporat," imbuhnya.