Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia turut angkat bicara soal fenomena investor-investor yang terjerat utang akibat trading saham.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan pihaknya menyayangkan tren investor yang menghalalkan berbagai sumber dana termasuk berutang demi melakukan trading. Dia melihat hal tersebut sebagai fenomena yang tidak baik.
Hasan menuturkan, para investor sebaiknya jangan terlalu percaya diri dan berorientasi pada mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dalam jangka pendek. Pun, investor jangan hanya melihat dari sisi keuntungannya, tapi harus menghitung dan mengelola risiko dalam berinvestasi.
Dia juga mengingatkan investor agar tidak menggunakan dana yang bersumber dari pinjaman/utang, dana yang diperlukan untuk kebutuhan sehari hari, dana untuk kebutuhan darurat, atau dana kebutuhan jangka pendek lainnya karena ada potensi kerugian di saham.
“Kami selalu mengingatkan kepada masyarakat, para investor, bahwa berinvestasi saham, selain berpotensi memberikan keuntungan yang baik, juga mengandung risiko kerugian,” katanya, Senin (18/1/2021) malam.
Selan itu, kata Hasan, menggunakan sumber dana dari utang akan semakin meningkatkan risiko investasi, karena adanya keterbatasan waktu yang relatif pendek untuk segera mengembalikan dana pinjamannya dengan tingkat bunga tertentu.
“Hal ini tentunya juga akan semakin membatasi pilihan dan strategi investasinya dan juga dapat mempengaruhi aspek psikologis para investor,” imbuhnya.
Otoritas Bursa mendorong agar para investor terus belajar dan meningkatkan pemahamannya dalam berinvestasi saham, apalagi saat ini sudah sangat banyak program edukasi yang baik dalam berinvestasi saham yang dapat diakses secara mudah oleh masyarakat.
“Kami di BEI sudah menyediakan berbagai program dan sarana dalam melakukan edukasi kepada masyarakat dan juga para investor, melalui kegiatan Sekolah Pasar Modal, Webinar, Workshop, dan melalui media sosial BEI. Silahkan untuk memanfaatkan program dan sarana edukasi ini, ataupun program edukasi yang dilakukan oleh para Anggota Bursa,” tutup dia.
Seperti diketahui, baru-baru ini ramai di media sosial mengenai investor-investor yang terjebak dalam permainan saham dan akhirnya menderita kerugian.
Salah satunya seperti diunggah oleh akun Twitter @desmondwira, yang mana salah satu pengikutnya mengaku membeli 500 lot saham ANTM dengan uang hasil pinjaman online (pinjol) senilai Rp170 juta.
Masih dalam unggahan yang sama, pengikut lainnya menyatakan dananya “nyangkut” di saham IRRA padahal dia telah menggadaikan tanah dan BKPB mobilnya untuk membeli saham tersebut.
Ada pula yang mengaku telah menggunakan dana yang bukan miliknya, melainkan uang arisan dan uang titipan PKK, untuk membeli saham KAEF dan kini kondisi portofolio miliknya menderita kerugian 25 persen.