Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Tenaga Kerja AS Loyo, Wall Street Masih Ngegas Terus!

Indeks S&P 500 menyentuh rekor baru dengan penguatan 0,47 persen ke level 3.821,56 pada awal perdagangan.
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melanjutkan penguatannya pada awal perdagangan Jumat (8/1/2021) setelah data tenaga kerja yang lesu meningkatkan spekulasi terhadap stimulus lebih lanjut untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menyentuh rekor baru dengan penguatan 0,47 persen ke level 3.821,56 pada awal perdagangan.

Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,02 persen ke level 31.047,83 dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,62 persen ke level 13.148,20.

Penguatan di Wall Street dipimpin oleh sektor energi, peritel, dan perusahaan teknologi. Sebelumnya Jumat, bursa berjangka melepaskan sebagian dari penguatan setelah laporan pemerintah mengatakan pasar tenaga kerja turun pada Desember untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat nonfarm payrolls turun 140.000 dari bulan sebelumnya dan tingkat pengangguran tidak berubah di 6.7 persen.

Angka ini berbanding terbali dengan sstimasi median dalam survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan nonfarm payrolls sebesar 50.000 dan tingkat pengangguran 6,8 persen. Penurunan pada bulan Desember ini sekaligus menandakan penurunan pertama sejak April 2020.

Semua indeks utama AS mencatat rekor karena investor fokus pada prospek untuk lebih banyak bantuan fiskal. Kemenangan Partai Demokrat di Georgia yang memberikan kendali atas Senat AS dapat menghasilkan paket stimulus tambahan setelah Presiden terpilih Joe Biden menjabat pada 20 Januari mendatang.

Meskipun Sementara para ekonom memperkirakan vaksinasi akan mengarah pada laju pertumbuhan pekerjaan yang lebih cepat pada kuartal kedua, intervensi tersebut bulan bisa membawa lebih banyak tekanan di pasar tenaga kerja sampai lebih banyak orang Amerika yang mendapat vaksinasi.

“Sulit untuk mengabaikan penurunan pekerjaan yang mengejutkan pada Desember, tetapi pasar siap untuk mengabaikan data yang mengecewakan dalam menghadapi peluncuran vaksin, kemungkinan stimulus yang kuat, dan The Fed yang akomodatif,” kata direktur pelaksana strategi investasi E*Trade Financial Mike Loewengart, seperti dikutip Bloomberg.

"Meskipun pasar tenaga kerja mengalami stagnasi, investor melihat ke depan, dan setidaknya jika menyangkut pasar, masa depan tampak cerah," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper