Bisnis.com, JAKARTA — Gerak emiten-emiten jumbo yang tergabung dalam indeks LQ45 pada tahun ini dinilai akan banyak dipengaruhi oleh perkembangan vaksin Covid-19.
Dari awal 2020 hingga penutupan perdagangan pada 30 Desember 2020 kemarin, indeks LQ45 terkoreksi 7,85 persen. Kinerja indeks masih di bawah indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencetak koreksi 5,09 persen.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pergerakan indeks yang berisi emiten berkapitalisasi pasar terbesar dan terlikuid tersebut sepanjang tahun 2020 terseret oleh pandemi Covid-19 yang melanda.
Pun, meski telah mulai bangkit di paruh kedua tahun lalu, tren positif indeks belum pasti berlanjut pada 2021. Menurut Hans, pergerakan saham-saham bluechip akan sangat terpengaruh perkembangan vaksin di tahun ini.
Apabila suplai vaksin lancar, tutur Hans, kemudian distribusinya berjalan baik, serta tingkat efektivitas vaksin cukup tinggi sehingga pandemi dapat mulai dikendalikan tahun ini, akan menjadi dorongan bagi saham-saham yang ada di daftar LQ45 untuk memimpin kenaikan pasar.
Sebaliknya, jika proses vaksinasi masih tersendat, Hans menyebut pasar kemungkinan akan bergerak lebih terkondolidasi terkoreksi dan saham-saham first liner akan bergerak lebih agresif.
“Jadi, sangat bergantung dengan vaksin, karena di pasar tidak banyak sentimen lagi tahun 2021 ini,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Minggu (3/1/2021).
Hans menyebut salah satu sentimen yang berpotensi sedikit mendorong kenaikan pasar adalah pelantikan Presiden Terpilih AS, Joe Biden, pada 20 November 2020 dan Pemilu di Negara Bagian Georgia AS.
Dia menjelaskan, jika terjadi gelombang biru (blue wave) atau kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu tersebut, kemungkinan Biden akan mengucurkan lebih banyak stimulus ke pasar yang akan mengantarkan investor untuk melirik pasar negara berkembang.
“Kalau stimulus diberikan, dalam jangka pendek IHSG pasti menguat karena dana asing akan banyak masuk ke big caps sehingga LQ45 pun akan bergerak banyak,” tuturnya.
Sementara itu, pada pekan pertama perdagangan di 2021 ini, Hans memperkirakan indeks LQ45 akan menguat akibat terkerek January Effect, yang mana investor mulai kembali akumulasi beli saham-saham big caps.
Namun, masih ada bayang-bayang koreksi di awal tahun karena minimnya sentimen positif di pasar. Jika koreksi terjadi, Hans menyebut investor bisa masuk dan mengoleksi saham-saham indeks LQ45, khususnya perbankan. “Kalau terkoreksi, bisa manfaatkan momentum beli big caps,” pungkas dia.