Bisnis.com, JAKARTA - Periode tahun 2021 dinilai menjadi momentum bagi korporasi untuk membalikkan posisi kinerja yang tertekan di sepanjang 2020. Tanda-tanda pemulihan ekonomi bahkan sudah terlihat menjelang akhir tahun.
Analis PT Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan hampir seluruh sektor usaha mengantisipasi terjadi pemulihan permintaan pada 2021.
“Oleh karena itu untuk 2021 mereka lebih optimis bisa ada pertumbuhan positif ketimbang pertumbuhan negatif tahun ini,” kata Liza kepada Bisnis, Selasa (15/12/2020).
Liza menunjukkan perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur, baik kontraktor maupun semen, menjadi salah satu yang paling optimis menyambut 2021.
Misalnya saja perusahaan semen memperkirakan pertumbuhan 4 persen - 5 persen pada 2021 setelah jatuh ke minus 9 persen hingga minus 11 persen tahun ini.
Anggaran infrastruktur senilai Rp414 triliun dari pemerintah disebut Liza menjadi harapan bagi seluruh pelaku. Tak hanya itu, sentimen positif untuk sektor ini juga datang dari implementasi Omnibus Law.
Baca Juga
Di balik itu semua, Liza menjagokan sektor tambang yang akan mampu mencetak kinerja gemilang pada 2021. Hal itu ditopang oleh tren dunia yang mulai beralih ke energi hijau, khususnya pengembangan kendaraan listrik.
“Nikel sebagai bahan baku utama baterai EV [electric vehicle] akan memegang peran penting bagi Indonesia ke depannya secara Indonesia adalah penghasil dan pengekspor nikel terbesar di dunia,” tutur Liza.
Senada, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich melihat sudah ada harapan pemulihan bisnis pada kuartal III/2020 yang akan berlanjut pada kuartal IV/2020 dan seterusnya pada 2021.
“Kalau melihat PMI manufaktur di Indonesia pada November diatas 50 artinya terkonfirmasi [kondisi] membaik dari sebelumnya,” kata Farash kepada Bisnis, Senin (14/12/2020).
Berdasarkan data IHS Markit, indeks manufaktur yang tercermin lewat Purchasing Managers’ Index Indonesia pada November naik ke level 50,6 dari bulan sebelumnya 47,8.
Adapun, level indeks di atas 50 menunjukkan ekspansi dan di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Melihat data tersebut, lanjut Farash, kecenderungannya perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur akan lebih dulu mengeluarkan belanja modal atau capital expenditure yang lebih banyak ketimbang perusahaan dari sektor jasa.
“Mungkin tidak langsung besar di awal. Emiten pasti akan lihat dulu bertahap, tapi asumsi secara umum 2021 akan tumbuh karena low base di 2020,” jelas Farash.