Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas dunia terjun bebas ke bawah level US$1.800 per ounce menyusul optimisme pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi. Di dalam negeri, harga emas per gram juga sudah dibanderol di bawah Rp950.000.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex untuk kontrak Februari 2021 anjlok 1,28 persen secara harian ke level US$1.788,10 per ounce. Tentu saja level harga ini sangat merosot bila dibandingkan dengan rekor pada Agustus 2020 lalu yang menyentuh US$2.000 per ounce.
Indeks dolar AS yang jatuh biasanya mendukung emas. Tetapi analis pasar percaya hal itu tidak berdampak pada logam mulia karena investor telah menggunakan dolar AS sebagai tempat berlindung yang aman yang mirip dengan emas selama pandemi Covid-19.
“Begitu harga menyentuh di bawah level kunci 1.800 dolar AS, itu memicu aksi jual. Kemungkinan harga akan menguji level 1.750 dolar AS saat kami memiliki alasan fundamental yang kuat seperti vaksin," kata analis OANDA Craig Erlam seperti dikutip dari Antara, Sabtu (28/11/2020).
Semakin membebani emas, pasar saham AS berpacu ke rekor tertinggi di tengah optimisme vaksin. Investor juga berani bertaruh perdagangan global lebih tenang di bawah pemerintahan Joe Biden yang baru terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump mengatakan jika Electoral College memilih Biden, dia akan meninggalkan Gedung Putih. Tentu hal itu membuka jalan bagi Biden untuk secara resmi menjabat sebagai presiden.
Baca Juga
“Namun, dengan suku bunga yang sangat rendah dan prospek stimulus ekonomi yang lebih besar, emas terlihat kuat dalam jangka panjang,” kata analis Natixis, Bernard Dahdah Dahdah.
Untuk diketahui, dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 telah membuat bank-bank sentral global menekan tingkat suku bunga.
Bersamaan dengan itu, sejumlah besar stimulus ke dalam perekonomian telah menimbulkan kekhawatiran akan inflasi yang lebih tinggi, membantu emas melonjak lebih dari 17 persen sepanjang tahun ini.
Di sisi lain, walaupun kabar soal vaksin menekan harga emas hingga ke level terendah dalam empat bulan, potensi untuk rebound masih ada. Dilansir dari Kitco News, analis di CBIC memperkirakan harga emas tahun depan bakal menyentuh US$2.300 per troy ounce.
Wah, kenapa bisa demikian? CIBC beralasan, dunia masih menghadapi dampak ekonomi akibat Covid-19. Kehadiran vaksin, tidak serta merta membuat perekonomian kembali bugar. CBIC menilai, terlalu dini untuk menganggap vaksin sebagai penentu permainan dalam dinamika perekonomian global.
"Risiko ekonomi dan ketidakpastian masih jauh dari kata selesai. Kita masih menghadapi gelombang kedua dan apa yang menjadi perlambatan ekonomi 15-18 bulan adalah efek jangka panjang," tulis Anita Soni.