Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Amblas ke Level Terendah Sejak 2018, Ada Apa?

Bloomberg Dollar Spot Index terkoreksi sebanyak 0,2 persen ke level yang setara dengan catatan pada April 2018 lalu.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terjerembap ke level terendahnya dalam 2,5 tahun seiring dengan rencana vaksinasi di Amerika Serikat yang dapat dilakukan dalam tiga pekan mendatang meningkatkan selera pelaku pasar terhadap aset berisiko.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (23/11/2020), Bloomberg Dollar Spot Index terkoreksi sebanyak 0,2 persen ke level yang setara dengan catatan pada April 2018 lalu.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan relatif greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,128 poin atau 0,14 persen ke level 92,264 pada pukul 11.02 WIB.

Hal tersebut terjadi setelah proses vaksinasi virus corona di AS sudah dapat dimulai pada 11 Desember atau 12 Desember menurut Kepala Tim Program Akselerasi Vaksin AS Moncef Slaoui.

Sementara itu, nilai dolar AS telah terdepresiasi lebih dari 11 persen dari rekor kenaikan tertinggi pada Maret lalu seiring dengan sentimen vaksin dan pemulihan ekonomi global yang semakin jelas.

Rodrigo Catril, analis di National Australia Bank Ltd mengatakan, kabar kejelasan vaksin virus corona semakin menguatkan prospek pemulihan ekonomi global yang akan datang lebih cepat dari perkiraan. Hal tersebut membuat daya tarik dolar AS sebagai aset safe haven mulai memudar.

“Ini adalah sentimen yang memperkuat aset-aset berisiko, terutama dengan kebijakan The Fed yang kemungkinan akan tetap ultra- dovish dalam beberapa waktu ke depan,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, dalam laporannya, Morgan Stanley merekomendasikan untuk menjual dolar AS dan menggantinya dengan aset saham dan obligasi. Goldman Sachs merekomendasikan investor untuk melakukan short terhadap dolar AS melawan mata uang negara berkembang seperti peso Meksiko dan rand Afrika Selatan.

Analis Goldman Sachs Zach Pandl mengatakan, aliran dana investor kini diperkirakan akan masuk pada aset-aset berisiko di negara emerging market.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper