Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Kapuas Prima Coal Tbk., mengincar pasar bijih besi domestik untuk mengakselerasi kinerja seiring dengan menguatnya harga komoditas dalam beberapa bulan terakhir.
Direktur Kapuas Prima Coal Hendra William mengatakan bahwa perseroan melihat kesempatan positif dari meningkatnya harga bijih besi global yang dalam beberapa perdagangan terakhir berada di kisaran US$120 per ton.
Adapun, berdasarkan data Bloomberg pada penutupan perdagangan Jumat (20/11/2020) harga bijih besi dengan kadar 62 persen di bursa Comex berada di posisi US$123,35 per ton, naik 0,42 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga bijih besi telah bergerak menguat hingga 34,7 persen.
Emiten berkode saham ZINC itu tengah mengkaji dan mempersiapkan diri untuk mengambil ceruk pasar bijih besi domestik dalam waktu enam bulan ke depan, dengan target rata-rata penjualan 30.000 ton per bulan.
“Diharapkan dengan menambah penjualan komoditas bijih besi di pasar domestik dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja ZINC,” ujar Hendra dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Minggu (22/11/2020).
Bidikan pasar baru itu pun seiring dengan perseroan yang memiliki cadangan mineral bijih besi cukup banyak, yaitu sebanyak 23 juta ton yang belum dieksplorasi.
Hendra mengaku sebelumnya perseroan sempat melakukan eksplorasi bijih besi pada medio 2008-2014, tetapi terpaksa dihentikan sementara karena harga komoditas bijih besi yang menurun drastis pada saat itu.
Di sisi lain, hingga sembilan bulan pertama tahun ini ZINC telah menyerap alokasi dana Rp20,3 miliar untuk pengembangan dan eksplorasi lahan tambang milik perseroan, terutama komoditas seng dan timbal.
Potensi sumber daya mineral ZINC menurut laporan per Agustus 2020 menunjukkan adanya tambahan potensi menjadi 23,33 Juta ton dari data sebelumnya sebesar 14,44 juta ton pada 2018.
Sementara itu, hingga kuartal III/2020 ZINC membukukan penurunan pendapatan hingga 41,09 persen secara year on year (yoy) menjadi sebesar Rp380,46 miliar, sedangkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp27,66 miliar.
Hendra menjelaskan bahwa koreksi kinerja itu disebabkan adanya bencana banjir besar di Kalimantan Tengah pada Juli lalu, yang mengakibatkan kemunduran jadwal pengapalan ke pembeli pada September ke Oktober 2020.
“Meskipun begitu, ZINC tetap melihat adanya permintaan yang sangat signifikan terhadap komoditas yang perseroan produksi,” jelas Hendra.
Di lantai bursa, pada penutupan perdagangan Jumat (20/11/2020) ZINC parkir di posisi Rp134, naik 1,52 persen. Dalam satu bulan terakhir, ZINC menguat 8,06 persen. Adapun, kapitalisasi pasar ZINC sebesar Rp3,38 triliun.