Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengembang lahan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. menargetkan pendapatan prapenjualan atau marketing sales mencapai 60 hektare pada 2021.
Target marketing sales itu naik signifikan dibandingkan revisi target pada 2020 seluas 8,7 hektare maupun target awal sebelum pandemi yang seluas 30 hektare.
Presiden Direktur Surya Semesta Internusa Johannes Suriadjaja mengatakan saat ini pihaknya masih dalam tahap proses perencanaan bisnis.
Namun, dapat disampaikan bahwa target marketing sales hingga 60 hektare itu akan didapatkan dari penjualan lahan di Karawang seluas 20 hektare dan lahan di Subang seluas 40 hektare.
“Rencana tahun depan marketing sales dari outlook kami akan meloncat cukup banyak karena kontribusi dari Karawang diperkirakan sekitar 20 hektare dan Subang sekitar 40 hektare,” jelas Johannes, Rabu (11/11/2020).
Khusus untuk proyek Subang Smartpolitan, Johannes menyebut minat pembeli sangat tinggi yang terlihat dari antusiasme calon pembeli yang sudah bertanya (inquiries) bahkan sebelum proyek itu diluncurkan.
Adapun, groundbreaking tahap pertama Subang Metropolitan seluas 400 hektare baru akan dilaksanakan pada 18 November 2020.
Secara keseluruhan, Subang Smartpolitan memiliki lahan seluas 2.717 hektare yang pembangunannya dibagi ke dalam 4 tahap.
Johannes memperkirakan kawasan industri terintegrasi yang terdiri dari kawasan komersial, industrial, residensial, serta fasilitas dan infrastruktur penunjang ini akan siap diserahterimakan pada kuartal I/2023.
“[Inquiries] ini hampir ratusan [hektare]. Jadi, kami lagi bicara intensif dan mengusulkan lokasi-lokasi buat mereka dan untuk industrinya ini ada yang merupakan limpahan dari China,” jelas Johannes.
Adapun, diversifikasi pabrik dari China pada masa perang dagang AS-China menjadi salah satu kesempatan yang tidak akan dilewatkan oleh emiten berkode saham SSIA tersebut.
Kendati terjadi perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat dari Donald Trump menjadi Joe Biden, Johannes melihat kebijakan Negeri Paman Sam belum akan terlalu banyak berubah.
Kedua negara adidaya itu akan tetap bersaing dan keinginan AS untuk mendorong supaya rantai pasokannya menjauhi China akan terus berlanjut.
“Nah, ini kita dapat, Indonesia tentu saja. Bukan saja Indonesia, Vietnam juga kita tahu dapat lebih banyak kustomernya. Indonesia ada lah inquiries seperti ini dan kita sedang bicarakan yang bidang supply chain dari China,” tutur Johannes.
Selain dari China, Johannes menyebut juga banyak calon pembeli yang berasal dari Korea Selatan yang bergerak di bidang kimia (chemical), AS, maupun Eropa.
Apabila kondisi pandemi pada 2021 sudah lebih baik dan para calon pembeli berkesempatan mendatangi langsung kawasan Subang Smartpolitan, Johannes optimistis pihaknya dapat melampaui target marketing sales yang dipasang 60 hektare tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, SSIA membukukan penurunan pendapatan sebesar 23,25 persen secara tahunan menjadi Rp2,12 triliun dari posisi sebelumnya Rp2,76 triliun.
Pada saat pendapatan turun, sejumlah beban milik perseroan terpantau tidak turun terlalu banyak. Bahkan, beban keuangan bertambah menjadi Rp145,32 miliar dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp121,90 miliar.
Hal itu pun membuat kerugian SSIA semakin dalam menjadi Rp197,87 miliar. Pada kuartal III/2019, perseroan membukukan rugi Rp8,11 miliar.