Bisnis.com,JAKARTA — PT Waskita Karya (Persero) Tbk. meyakini pembentukan Lembaga Pengelola Investasi atau sovereign wealth fund (SWF)akan memuluskan rencana divestasi jalan tol milik anak usaha perseroan.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan rencana pembentukan SWF sangat baik. Pihaknya menyatakan sangat menantikan pembentukan badan hukum tersebut.
“Supaya proses divestasi tol Waskita menjadi lebih cepat. Kondisi yang ada, dengan 16 ruas yang masih kami miliki cukup membebani kondisi cash flow Waskita,” ujarnya dalam paparan publik secara daring, Selasa (27/10/2020).
Destiawan mengatakan dana yang diperoleh dari hasil divestasi akan digunakan untuk mengembalikan pinjaman. Selain itu, dana segar akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan investasi.
“Proses bisnis Waskita selain dari proyek konvensional [konstruksi] tetapi dari proyek investasi yang dilakukan oleh anak usaha termasuk PT Waskita Toll Road,” paparnya.
Director of Finance Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma mengatakan pembentukan SWF sebagai konsekuensi dari Undang Undang Cipta Kerja. Menurutnya, badan hukum itu akan menjadi salah satu saluran divestasi perseroan.
“Kami sejauh ini sudah cukup intens berdiskusi dengan tim SWF,” ujarnya.
Taufik menyebut masih menunggu proses pembentukan SWF. Pihaknya berharap aturan pelaksana segera turun dan tim formal segera terbentuk.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wiraatmadja mengatakan pembentukan SWF tertuang dalam omnibus law. LPI menurutnya diharapkan beroperasi pada Januari 2021.
“Akan segera di-launching dan ada dalam omnibus law yakni Indonesia Investment Authority,” ujarnya baru-baru ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyusunan kebijakan terkait LPI menjadi salah satu prioritas pemerintah. Presiden Joko Widodo menginginkan penyusunan peraturan pemerintah (PP) terkait selesai dalam waktu dekat.
Lewat PP, akan diatur mengenai LPI termasuk penyertaan modal yang bisa mencapai Rp75 triliun. Dengan ekuitas itu, pemerintah mengklaim bisa menarik dana investasi hingga mencapai tiga kali lipat atau Rp225 triliun.