Bisnis.com, JAKARTA - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul melaporkan catatan apik pada publikasi laporan keuangan terbarunya yang rilis Rabu (21/10/2020) kemarin.
Hingga kuartal III/2020 penjualan menyentuh Rp2,26 triliun alias tumbuh 6,1 persen secara year on year (yoy). Sementara, laba bersih SIDO terangkat 10,78 persen secara yoy ke angka Rp578,45 miliar.
Analis sekaligus pendiri Ellen May Institute (EMI) Ellen May merekomendasikan investor yang sudah mengoleksi saham SIDO untuk melakukan hold. Selain karena faktor penjualan dan laba yang tumbuh, Ellen menilai prospek SIDO turut didukung rendahnya rasio utang yang rendah. Pembayaran dividen yang tinggi juga jadi faktor yang menurutnya menjadi sentimen positif.
"Kami tetap mempertahankan SIDO karena utang bank yang minim dan memiliki DER [rasio utang terhadap ekuitas] yang rendah yaitu 0.11x (9M20). Selain itu SIDO memiliki tingkat pembayaran dividen yang tinggi. Saat ini SIDO diperdagangkan dengan PBV 7.26x," papar Ellen kepada Bisnis, Kamis (22/10).
Marjin laba kotor SIDO pada kuartal III/2020 mencapai 55 persen, lebih tinggi dibandingkan catatan sampai akhir kuartal II/2020 yang mentok di 51 persen. Selain itu marjin laba bersih SIDO naik dari 25 persen 28 persen secara kuartalan.
"Perusahaan bahkan mampu menekan beban umum dan administrasi sebesar 9.8% secara yoy," sambung Ellen dalam penilaiannya.
Faktor catatan kinerja yang apik turut mengerek harga saham SIDO dalam 24 jam terakhir. Pada akhir perdagangan Kamis (22/10) hari ini SIDO ditutup berada di level harga Rp797 per lembar. Angka ini naik 10 poin alias 1,27 persen ketimbang sehari sebelumnya.
Adapun kinerja positif SIDO sejauh ini lebih banyak dipicu oleh penjualan domestik.
Di luar negeri, efek pandemi Covid-19 masih melukai tingkat penjualan produk-produk Sido Muncul. Filipina, salah satu pangsa pasar ekspor terbesar SIDO, tercatat juga menurunkan permintaan. Hanya penjualan Malaysia yang menunjukkan peningkatan pada kuartal III/2020.