Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan obligasi negara ritel seri ORI018 diperkirakan akan kembali melampaui target yang telah ditetapkan. Meski demikian, perolehan ORI018 akan sulit menyamai prestasi seri pendahulunya.
Berdasarkan data dari laman investree.id pada Senin (19/10/2020), penjualan ORI018 telah mencapai Rp8,53 triliun atau 77,55 persen dari target sebesar Rp11 triliun. Adapun, Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan telah mematok kuota penerbitan sebesar Rp10 triliun.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan peluang peningkatan minat terhadap ORI018 masih cukup terbuka di sisa dua hari penawaran. Meski demikian, menurutnya angka pembelian ORI018 akan sulit menyamai prestasi ORI017 yang meraup dana hingga Rp18 triliun.
“Kemungkinan ORI018 dapat mencapai Rp10 triliun, karena likuiditas di pasar domestik juga masih cukup baik,” ujarnya saat dihubungi pada Senin (19/10/2020).
Ia mengatakan, angka penjualan ORI018 yang tidak sebesar seri sebelumnya disebabkan oleh dampak pandemi virus corona yang berlangsung lebih lama dari perkiraan. Selain itu, arus kas masyarakat Indonesia di akhir tahun juga cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan pertengahan tahun saat ORI017 diluncurkan.
Fikri menjelaskan, pada pertengahan tahun, masyarakat mendapatkan beragam insentif seperti tunjangan hari raya (THR), dividen, dan lain-lain. Tambahan cash flow ini langsung dimanfaatkan oleh investor ritel untuk melakukan sejumlah hal seperti belanja dan berinvestasi.
Baca Juga
“Sementara ORI018 lebih bersifat sebagai tambahan investasi untuk investor yang masih memiliki arus kas yang cukup,” ungkapnya.
Meski tidak sesukses seri pendahulunya, Fikri menilai minat masyarakat terhadap instrumen investasi kian meningkat. Menurutnya, keterlibatan lebih banyak pihak seperti fintech dan lembaga lain sebagai mitra distribusi semakin mempermudah pembelian instrumen investasi ini.
Hal senada diungkapkan Head of research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie. Menurutnya, peningkatan minat masyarakat terhadap ORI018 masih terbuka walaupun tidak berbeda jauh atau sama dengan minat obligasi ritel sebelumnya. Pasalnya, kupon ORI 018 terbilang lebih rendah dari instrumen ritel sebelumnya
“Kupon ORI018 sebesar 5,70 persen, bersihnya 4,85 persen setelah dipotong pajak 15 persen. Sementara, kupon ORI017 kupon 6,40 persen dengan nilai bersihnya 5,44 persen,” ujarnya.
Roby melanjutkan, hingga saat ini sebagian masyarakat masih memburu seri sebelumnya, yakni ORI017 di pasar sekunder. Hal ini terlihat dari bisa harga ORI017 di pasar sekunder yang sudah naik hampir 4 persen sejak diterbitkan.
Di sisi lain, hal ini menunjukkan animo masyarakat sangat tinggi terhadap obligasi ritel. Hal ini karena kestabilan penerimaan dari kupon dan risiko yang rendah.
“Apalagi di kondisi ekonomi seperti saat ini, masyarakat cenderung menghindari risiko,” imbuhnya.
Sementara itu, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, penurunan angka penjualan ORI018 dibandingkan dengan ORI017 disebabkan oleh jeda waktu penerbitan obligasi ritel yang berdekatan.
“Sekitar 2 hingga 3 minggu SR013 ditawarkan, pemerintah menerbitkan ORI018 ini,” ujarnya.
Meski demikian, ia menilai animo masyarakat terhadap instrumen obligasi ritel sudah cukup baik. Hal tersebut, lanjutnya, didukung oleh meningkatnya financial literacy masyarakat setelah adanya beberapa kasus terkait investasi pribadi.