Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Sentimen Negatif, Harga Emas Bisa Turun Terus

Hasil debat capres AS yang mengecewakan, ditambah dengan data ketenagakerjaan yang positif menjadi sentimen yang bakal memebani harga emas.
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas berjangka turun pada akhir perdagangan Rabu (30/9/2020) atau Kamis pagi Waktu Indonesia Barat setelah debat perdana calon presiden Amerika Serikat berlangsung kacau. 

Alih-alih memberikan harapan, debat capres AS yang sarat dengan tudingan malah membuat investor beralih ke mata uang dolar sebagai pegangan. Hasil debat juga meningkatkan kekhawatiran atas rancangan undang-undang terkait stimulus fiskal.

Dilansir dari Antara, harga emas Comex turun 0,4 persen menjadi US$1,895,50 per troy ounce. Padahal sehari sebelumnya emas Comex melonjak 1,11 persen. Sepanjang September 2020, emas sudah turun 4,2 persen.

"Sepertinya setelah debat tadi malam, perselisihan mungkin telah terbentuk lagi antara kedua pihak dan kemungkinan untuk segala jenis stimulus mungkin telah berkurang," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Debat pertama calon presiden AS antara petahana Donald Trump dan saingan Demokrat Joe Biden membuat investor berhati-hati. Investor lantas mengalihkan pandangan terhadap dolar AS sebagai aset aman. 

Adapun indeks dolar diperkirakan akan mencatat bulan terbaiknya sejak Juli 2019. Kenaikan dolar tidak hanya membuat emas tertekan, tetapi juga turut membebani komoditas lain seperti perak.

Hasil debat capres AS yang mengecewakan bukan satu-satunya sentimen yang membebani emas. Data ketenagakerjaan di AS yang lebih baik juga menjadi sentimen negatif bagi logam mulia.

Emas juga berada di bawah tekanan tambahan karena angka ekonomi lebih baik yang dirilis pada Rabu (30/9/2020). Sebuah laporan yang dirilis oleh Automated Data Processing Inc. menunjukkan bahwa pekerjaan sektor swasta meningkat 749.000 pada September, pertumbuhan terkuat dalam tiga bulan.

Laporan lain yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan PDB yang direvisi pada kuartal kedua turun 31,4 persen, dibandingkan dengan angka sebelumnya sebesar 31,7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper