Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) menyatakan masih dalam tahapan mencari opsi pendanaan terkait aksi korporasi perusahaan yang akan mencaplok PT Mulia Boga Raya Tbk. (KEJU).
Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno mengatakan bahwa pihaknya juga belum bisa memberikan informasi lebih detail mengenai rencana tersebut mengingat perseroan masih dalam tahap memulai proses negosiasi.
“Perseroan akan mencari pendanaan yang terbaik yang tersedia pada saat negosiasi final,” ungkap Paulus kepada Bisnis, Kamis (24/9/2020).
Paulus menerangkan bahwa aksi korporasi tersebut bertujuan untuk pengembangan usaha dan memperluas jaringan usaha serta untuk memperkuat posisi bisnis Garudafood di industri makanan dan minuman.
Menurutnya, rencana transaksi ini juga merupakan salah satu pilar strategi bisnis dan pertumbuhan Garudafood ke depannya.
“Hal ini sejalan dengan strategi jangka panjang pertumbuhan Garudafood dengan terus melakukan terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan penjualan melalui jalur distribusi, segmen dan pangsa pasar yang baru, serta peluncuran produk baru yang inovatif,” sambungnya.
Produsen kacang Garuda tersebut juga menyatakan selalu terbuka untuk melakukan kolaborasi usaha dengan pihak lain seperti halnya kerja sama yang telah terjalin dengan Barry Callebaut (2016), PT Falcon (2019) dan Hormel Foods Asia Pacific (2019).
Seperti yang diketahui, GOOD tersebut memang berencana untuk mencaplok KEJU dengan estimasi pembelian sebanyak 825 juta unit saham. Angka tersebut setara dengan perkiraan nilai transaksi sebesar Rp1 triliun untuk pembelian 55 persen saham produsen keju Prochiz tersebut.
Jika melihat dari kinerja keuangannya selama semester pertama, baik penjualan dan laba bersih perseroan belum mencatatkan hasil yang cukup memuaskan. Per Juni 2020, penjualan bersih perseroan turun 8,38 persen menjadi Rp3,91 triliun. Dari situ laba bersih perseroan melorot signifikan 40,88 persen menjadi Rp129,02 miliar.
Sementara, kas dan setara kas akhir periode perseroan hingga Juni 2020 mencapai Rp745,17 miliar, meningkat dari posisi Rp522,54 miliar pada periode semester pertama tahun lalu.
Sementara, pos liabilitas perseroan meningkat mencapai Rp2,87 triliun, diikuti dengan penurunan ekuitas perseroan sebesar Rp2,59 triliun. Hal ini membuat aset perseroan pada periode ini juga tumbuh dibandingkan periode akhir tahun menjadi Rp5,47 triliun.