Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konsumer PT Siantar Top Tbk. (STTP) menyatakan telah merevisi belanja modal perseroan dari semula Rp569 miliar menjadi Rp469 miliar.
Direktur Siantar Top Armin mengatakan belanja modal dikurangi karena perseroan urung menggunakan dana pelunasan utang sebesar Rp50 miliar. Selain itu, jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham juga dikurangi Rp50 miliar menjadi Rp100 miliar.
Dia menjabarkan, dari total alokasi belanja modal, sebanyak Rp319 miliar akan digunakan untuk pembelian lahan di Pasuruan seiring dengan rencana perluasan usaha. Emiten bersandi saham STTP itu akan merogoh kocek Rp50 miliar untuk membeli lahan.
"Kita melakukan pembelian tanah di Pasuruan untuk pengembangan. Mungkin akan ada penambahan pabrik di Pasuruan tapi sambil kita lihat situasinya," ungkap Armin kepada Bisnis, Kamis (3/9/2020).
Armin menyatakan pembelian sejumlah lahan di areal tersebut sudah terealisasi secara bertahap dalam usaha pengembangan produk baru ke depannya.
Lebih lanjut, perseroan mengakui kinerja penjualan tertekan selama kuartal kedua tahun ini. Tetapi, akibat dari stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendongkrak perekonomian pada kuartal ketiga ini, perseroan optimis masih bisa mencetak kinerja keuangan yang cukup stabil.
Baca Juga
"Kita lihat dari data per Agustus, kita masih tumbuh dan kita perkirakan juga September masih bisa tumbuh. Tapi saya rasa kinerjanya tidak sebaik semasa sebelum pandemi atau kuartal satu," sambungnya.
Menurutnya, kinerja kuartal ketiga kemungkinan tidak akan sebaik kinerja kuartal pertama karena masih ada kampanye pembatasan sosial dan penurunan daya beli masyarakat.
Perseroan belum berencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat termasuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham. Padahal di sisi lain STTP memiliki kondisi kas yang sehat yakni Rp106,56 miliar hingga akhir semester I/2020, meningkat 66,23 persen secara tahunan.
Untuk diketahui, berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, produsen Mie Gemez tersebut mencatatkan pertumbuhan penjualan 8,67 persen secara tahunan menjadi Rp1,8 triliun. Dari situ, laba bersih perseroan juga mampu melesat 11,75 persen year-on-year menjadi Rp278,08 miliar.