Bisnis.com, JAKARTA - Emiten distributor BBM dan kimia, PT AKR Corporindo Tbk., berpotensi memegang porsi kepemilikan saham terbesar dari rencana joint venture (JV) dengan Petronas Chemicals Group Berhad atau PGC.
Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan bahwa pihaknya baru saja menandatangani perjanjian untuk meresmikan usaha patungan pada 28 Agustus 2020. Kedua belah pihak masih berkonsolidasi terkait nilai investasi hingga porsi kepemilikan saham.
Untuk diketahui, emiten berkode saham AKRA itu bekerjasama dengan PGC, perusahaan asal Malaysia, melalui masing-masing akan perusahaannya, yaitu Petronas Chemicals Marketing Sdn Bhd dan PT AKR Niaga Indonesia (PT ANI).
Kedua pihak akan mendirikan perusahaan patungan dengan tujuan menjual dan/atau memasarkan produk kimia seperti metanol kepada pelanggan di Indonesia. Adapun, metanol akan menjadi produk pertama yang akan didistribusikan kepada pelanggan di Indonesia.
Petronas Chemicals Group Berhad adalah salah satu yang terbesar di Asia Tenggara dengan total kapasitas produksi gabungan sebesar 12,8 juta metrik ton per tahun. Produk yang dihasilkan antara lain olefin, polimer, pupuk, metanol dan bahan kimia dasar lainnya.
“Kami masih konsolidasi berapa persen, belum ada keputusan, tetapi kemungkinannya anak usaha AKR, AKR Niaga Indonesia, bisa mendapatkan porsi mayoritas dari usaha patungan itu,” ujar Vembu saat dihubungi Bisnis, Selasa (1/9/2020).
Baca Juga
Vembu menjelaskan infrastruktur dan jaringan dari AKRA sudah cukup memadai untuk mendistribusikan kimia dasar tidak diperlukan nilai investasi yang besar. AKRA optimistis pembentukan usaha patungan itu dapat memperluas bisnis perseroan sebagai bagian dari strategi pertumbuhan.
Vembu pun memperkirakan, kontribusi dari joint venture ini baru akan berdampak positif terhadap kinerja keseluruhan perseroan pada 2021, setelah JV mulai beroperasi.
Untuk diketahui, AKRA membukukan pertumbuhan pendapatan 2,9 persen pada semester I/2020 menjadi sebesar Rp10 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,71 triliun.
Dari bisnis perdagangan produk bahan kimia dasar dan lainnya,berkontribusi sebesar Rp1,8 triliun, turun sekitar 2 persen daripada realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,29 triliun.
Vembu menjelaskan penurunan kinerja tersebut akibat penurunan harga jual kimia dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, saat ini harga jual sudah mulai stabil dan PSBB sudah dilonggarkan sehingga kinerja bisnis tersebut diyakini membaik.