Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap-Siap IHSG Bisa Melemah Pekan Depan

Sentimen kebijakan pemerintah di dalam negeri dan faktor eksternal seperti kebijakan The Fed, bakal mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan.
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan pelemahannya pada perdagangan awal pekan depan.

Pada akhir perdagangan Jumat (28/8/2020), IHSG parkir di zona merah dengan depresiasi 0,46 persen ke level 5.346. Selama sepekan ini, IHSG menguat 1,40 persen didorong oleh transaksi investor ritel domestik.

Adapun, investor asing masih membukukan jual bersih atau net sell sebesar Rp1,13 triliun di sepanjang hari perdagangan. Sejak awal tahun (year-to-date), investor asing mencatatkan total net sell Rp26,08 triliun.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi akan membuat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 menjadi negatif dan memperbesar kemungkinan Indonesia mengalami resesi.

Di sisi lain, upaya pemerintah untuk menggairahkan perekonomian pada semester II/2020 ini tetap diapresiasi pelaku pasar. Sejak PSBB dilonggarkan, pemerintah pusat agresif mengucurkan belanja pemerintah dan bantuan kepada masyarakat dan UMKM, dunia usaha atau korporasi. 

“Pemerintah akan kembali mendorong proyek infrastruktur di semester kedua ini. Hal ini menimbukan harapan pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat kembali positif,” tulis Hans, Sabtu (29/8/2020).

Dari eksternal, Hans menunjukkan bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan mempertahankan suku bunga rendah dalam jangka waktu yang lebih lama. Pasalnya, The Fed tidak lagi menggunakan target inflasi 2 persen untuk menaikkan suku bunga.

Periode suku bunga rendah yang lama akan membuat pasar saham dan pasar obligasi positif dalam jangka panjang. Likuiditas akan membanjiri pasar keuangan global dan seterusnya bakal masuk ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia.

Tak hanya itu, kebijakan moneter The Fed juga akan melemahkan dolar AS yang bisa membuat rupiah mampu menguat.

Hans memperkirakan IHSG berpeluang konsolidasi cenderung melemah pada pekan ini dengan support pada level 5.324–5.218 dan resistance 5.400–5.450.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menambahakn secara teknikal IHSG menarik kembali Moving Average (MA) 200 dengan ditutup melemah membentuk pola bearish engulfing secara candlestick pada akhir pekan lalu. 

“Indikator stochastic overbought berpotensi membentuk pola dead-cross dengan bearish reversal momentum indikator RSI,” tulis Lanjar. 

Dengan demikian, secara teknikal IHSG berpotensi membuka perdagangan awal pekan di zona merah dengan support dan resistance 5270–5376. 

Lanjar pun merekomendasikan saham-saham ADRO, ANTM, CPIN, INKP, JSMR, LSIP, dan TOWR untuk dapat dicermati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper