Bisnis.com, JAKARTA — PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. memiliki sejumlah rencana belanja modal pada 2020. Emiten perunggasan itu menyesuaikan eksekusi ekspansi sesuai dengan perubahan perilaku masyarakat akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Direktur Charoen Pokphand Indonesia Ong Mei Sian mengungkapkan perseroan meninjau kembali pengeluaran belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2020 akibat adanya pandemi Covid-19. Menurutnya, perseroan menunda menunda proyek-proyek yang tidak terlalu mendesak.
Akan tetapi, lanjut dia, emiten berkode saham CPIN itu menambahkan beberapa proyek baru. Keputusan itu didasari pergeseran dalam perilaku konsumsi masyarakat.
“Kalau tahun lalu spending capex kami Rp2,7 triliun, kalau tahun ini kami pikir sekitar Rp1,5 triliun spending capex,” paparnya dalam paparan publik, Selasa (25/8/2020).
Ong menyebut anggaran belanja modal itu akan lebih banyak dialokasikan untuk menambah rumah potong ayam dan memperbanyak gerai ritel. Untuk fasilitas produksi lain seperti peternakan dan pabrik pakan menurutnya sudah mencukupi kebutuhan saat ini.
“Pabrik pakan pada prinsipnya sudah selesai pembangunan tahun lalu jadi tahun ini lebih banyak disitu yakni rumah potong, processing plan, dan ritel store,” imbuhnya.
Baca Juga
Dia menjelaskan bahwa dampak dari pandemi Covid-19 belum terasa pada kuartal I/2020. Imbas dari penyebaran virus itu baru dirasakan paling buruk pada April 2020.
Ong mengklaim kondisi mulai membaik pada Mei 2020—Juni 2020. CPIN mengharapkan kinerja perseroan akan membaik pada paruh kedua tahun ini.
“Kalau tidak ada sesuatu yang buruk sekali atau drastis, kami harap pada paruh kedua akan lebih baik daripada paruh pertama atau kuartal II/2020 karena sudah mulai kegiatan ekonomi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Direktur Charoen Pokphand Indonesia Ferdiansyah Gunawan Tjoe mengungkapkan perseroan tengah membangun fasilitas tambahan pabrik yang rencananya akan dibuka sebelum akhir 2020. Proyek itu menurutnya berlokasi di Jawa Barat.
“Awalnya, di Jawa Barat kami dimulai dengan rumah potong ayam tetapi sekarang ini kami sudah hampir selesai fase kedua kami yaitu makanan olahan,” jelasnya.
Selain itu, Ferdiansyah menjelaskan bahwa perseroan juga tengah mempersiapkan rumah potong tambahan di berbagai lokasi. Penambahan rencananya akan dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatra Selatan.
“Untuk rumah potong ayam sedang dalam proyek semua akan jadi secara bertahap. Istilahnya sudah dalam proyek dan harapannya dalam 6 bulan—1 tahun sudah bisa jadi,” imbuhnya.
Sementara itu, Ferdiansyah menjelaskan bahwa penjualan lini bisnis makanan olahan tumbuh 19,7 persen secara tahunan pada semester I/2020. Menurutnya, permintaan terhadap produk perseroan meningkat signifikan pada Maret 2020—Juni 2020 atau pada periode pandemi Covid-19.
Dia mengungkapkan perseroan menempuh sejumlah langkah untuk memaksimalkan penjualan sejak Maret 2020. Salah satunya dengan mendorong penjualan melalui gerai Prima Freshmart.
“Kami melakukan kerja sama salah satunya dengan Grab dan di luar itu juga kami mendorong pengiriman produk kami ke rumah-rumah,” ujarnya.
Ferdiansyah mengungkapkan permintaan dari sisi pasar swalayan juga meningkat tajam. Pihaknya menilai kenaikan tersebut didorong langkah sebagian masyarakat yang memborong pasokan makanan.
Dia menyebut penjualan produk ready meal atau makanan siap saji perseroan juga tumbuh signifikan. Lini itu baru saja diluncurkan oleh perseroan pada tahun lalu.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Perusahan Charoen Pokphand Indonesia Hadijanto Kartika mengungkapkan penjualan perseroan turun 6,7 persen secara tahunan menjadi Rp27,60 triliun pada semester I/2020. Kondisi itu menurutnya akibat dari pandemi Covid-19.
Secara konsolidasi, Hadijanto menjelaskan bahwa 46 persen penjualan perseroan berasal dari pakan ternak. Bisnis itu berkontribusi Rp12,68 triliun terhadap total penjualan semester I/2020.
Selanjutnya, penjualan dari segmen peternakan berkontribusi 40 persen. Lini usaha tersebut menyumbangkan Rp11,20 triliun dari total penjualan hingga 30 Juni 2020.