Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Perkasa, Kinerja Reksa Dana Makin Moncer

Dana kelolaan reksa dana pada Juli 2020 mencetak kenaikan bulanan tertinggi sepanjang tahun berjalan. Kinerja reksa terkerek performa pasar saham, tercermin dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG).
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek reksa dana semakin cerah menjelang akhir Agustus 2020.  Kinerja instrumen investasi kolektif ini tak tergoyahkan seiring dengan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang juga terus menanjak.

Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan pada bulan Juli lalu mencatatkan peningkatan bulanan (MoM) yang signifikan dari bulan sebelumnya mencapai Rp20,67  triliun. Ini merupakan kenaikan tertinggi di sepanjang tahun 2020.

Bila dilihat dari kinerja indeks reksa dana sendiri, sepanjang bulan berjalan (month to date) hingga 19 Agustus 2020 berdasarkan Infovesta 90 Fund Index mencerminkan angka positif pada seluruh jenis reksa dana yang dipimpin oleh reksa dana saham.

“Hal ini diharapkan dapat mendukung penguatan kinerja reksa dana Indonesia secara keseluruhan serta mendorong peningkatan dana kelolaan para manajer investasi lebih jauh lagi terlepas dari kenaikan maupun penurunan unit penyertaan,” tulis tim riset Infovesta Utama dalam publikasi mingguannya, Senin (24/8/2020)

Penguatan kinerja ini salah satunya ditopang oleh IHSG ang tetap perkasa di tengah pemberitaan yang cukup negatif terkait proyeksi ekonomi Indonesia akibat pandemi yang berpotensi mengalami resesi.

Tercatat, sepanjang bulan berjalan hingga 19 Agustus 2020, IHSG masih mencatatkan angka positif 2,39 persen. Bahkan kinerja IHSG tersebut mencapai level tertinggi sejak bulan April 2020

Infovesta menilai hal ini menandakan bahwa rilis data ekonomi dan kinerja emiten kuartal dua 2020 sudah sesuai dengan ekspektasi investor sehingga pasar sudah price in terlebih dahulu.

Adapun penguatan kinerja saham kebanyakan didukung oleh investor lokal dikarenakan investor asing masih cenderung menahan langkahnya yang tercermin pada net foreign sell selama satu bulan terakhir mencapai Rp6,37 triliun.

Sementara itu, terlepas dari kenaikan pasar saham dalam beberapa bulan terakhir, earnings yield saham tercatat sebesar 8,3 persen, yang berada jauh diatas yield SBN tenor 10 tahun yaitu 6,73 persen.

“Ini menandakan bahwa investasi pada instrumen saham menjadi lebih menarik apabila dibandingkan dengan pendapatan tetap dalam jangka waktu yang lebih panjang,” kata Infovesta.

Berdasarkan hal tersebut, maka bagi investor yang memiliki profil risiko agresif dapat mulai mengalihkan investasinya ke reksa dana jenis saham, sedangkan untuk investor dengan profil risiko moderat dapat mengambil posisi reksa dana pendapatan tetap.

Kemudian, bagi investor konservatif reksa dana pasar uang masih menjadi alternatif investasi yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi karena imbal hasil yang ditawarkan berpotensi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan suku bunga deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper