Bisnis.com,JAKARTA — PT Hartadinata Abadi Tbk. menargetkan kontribusi 25 persen dari penjualan logam mulia terhadap total pendapatan perseroan.
Hartadinata Abadi melaporkan pendapatan Rp1,96 triliun pada semester I/2020. Realisasi itu naik 10,73 persen dari Rp1,77 triliun periode sama tahun lalu. Dari situ, emiten bersandi saham HRTA itu mengantongi laba bersih Rp78,87 miliar per 30 Juni 2020. Pencapaian tersebut turun dari Rp86,37 miliar pada semester I/2019.
Chief Executive Officer Hartadinata Abadi Sandra Sunanto mengatakan pertumbuhan pendapatan pada semester I/2020 terdorong oleh kontribusi penjualan logam mulia. Kategori produk itu mampu menopang kinerja pendapatan perseroan meski dilakukan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Sandra mengatakan target kontribusi dari logam mulia sebesar 25 persen dari total pendapatan periode 2020 senilai Rp4 triliun. Dengann kata lain, kontribusi pendapatan dari logam mulia mencapai sekitar Rp1 triliun.
“Mungkin ada sedikit penurunan laba bersih [akhir 2020] tetapi ada sedikit peningkatan pendapatan dari sisi logam mulia. Kenapa penurunan laba bersih? mungkin ya karena memang margin yang diperoleh dari logam mulai tidak sebesar dari penjualan perhiasan,” ujarnya dalam paparan daring, Jumat (7/8/2020).
Emiten berkode saham HRTA itu secara resmi meluncurkan logam mulia pada Jumat (7/8/2020). Satuan yang diluncurkan berada di kisaran 0,1 gram hingga 10 gram.
Sandra mengungkapkan perseroan juga berencana meluncurkan logam mulia dalam ukuran yang lebih besar sampai dengan 500 gram hingga 1 kilogram. Akan tetapi, pihaknya masih meliha dulu kondisi pasar.
“Rencana pada akhir Agustus 2020 ada peluncuran kemasan besar sampai dengan 500 gram. Tetapi kami lihat dulu daya beli masyarakat dan saya melihat kemasan 0,1 gram hingga 1 gram adalah pasar potensial,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Financial Officer Hartadinata Denny Ong mengungkapkan realisasi belanja modal perseroan saat ini sudah mencapai Rp40 miliar. Jumlah itu sekitar 70 persen dari alokasi Rp60 miliar tahun ini.
Denny mengatakan sekitar Rp30 miliar telah digunakan oleh perseroan untuk pembelian mesin. Menurutnya, belanja modal sudah tidak akan terlalu banyak sisa tahun ini. “Sudah beli mesin yang kami perlukan. Tinggal mulai produksi untuk produk logam mulia,” jelasnya.