Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aneka Tambang (ANTM) Genjot Produksi dan Penjualan Komoditas Inti

Aneka Tambang optimistis kenaikan permintaan nikel dan emas dapat mengerek margin. Untuk itu, perseroan berupaya mempertahankan kebijakan efisiensi biaya operasional.
Karyawan melayani warga yang akan menjual emasnya di Butik Emas Logam Mulia Antam, Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1/2020)./ ANTARA - Raisan Al Farisi
Karyawan melayani warga yang akan menjual emasnya di Butik Emas Logam Mulia Antam, Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1/2020)./ ANTARA - Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk., akan mengoptimalkan produksi dan penjualan komoditas inti pada paruh kedua tahun ini sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja.

Pendapatan Antam turun 36 persen menjadi Rp9,22 triliun pada semester I/2020. Antam juga hanya mengantongi laba Rp84,82 miliar atau turun 80,1 persen sepanjang enam bulan 2020.

SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan kondisi perekonomian dan permintaan global diharapkan mulai menunjukkan tren positif di kuartal II/2020.“Dengan hal itu, perseroan mengharapkan dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik hingga akhir tahun ini,” ujar Kunto kepada Bisnis, Selasa (4/8/2020).

Untuk diketahui, emas masih menjadi kontributor terbesar penjualan dengan kontribusi 69 persen terhadap total penjualan. Feronikel merupakan kontributor terbesar kedua dengan nilai kontribusi sebesar Rp2,02 triliun atau 22 persen dari total penjualan.

Kunto mengaku tetap optimistis dengan membaiknya kondisi ekonomi global, permintaan nikel dan emas dapat mengerek margin keuntungan.Untuk mendukung hal itu, ANTM pun akan mempertahankan kebijakan efisiensi biaya operasional.

Pada semester I/2020, perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan ke posisi Rp7,9 triliun daripada enam bulan pertama tahun lalu sebesar Rp12,27 triliun.

ANTM berhasil memiliki biaya tunai produksi feronikel sebesar US$3,33 per pon hingga Juni 2020, turun 18 persen dibandingkan dengan biaya tunai rata-rata unaudited feronikel tahun lalu sebesar US$3,95 per pon.

Pencapaian biaya tunai feronikel itu lebih rendah dari capaian rata-rata biaya tunai produsen feronikel global.Selain itu, emiten tambang berpelat merah itu juga akan fokus untuk memperkuat basis pelanggan logam mulia dan nikel di pasar domestik.

Hal itu sejalan dengan tren konsumsi emas yang membaik dan penetapan harga patokan mineral logam di dalam negeri oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Kunto menjelaskan penetapan harga itu memberikan tingkat harga jual mineral dalam negeri yang lebih kompetitif sehingga membuka peluang bagi perseroan untuk meningkatkan jangkauan pemasaran bijih nikel di dalam negeri seiring dengan outlook positif penyerapan bijih nikel domestik.

Di sisi lain, perseroan juga akan  selektif dan cermat dengan dalam menentukan skala prioritas dalam penyusunan rencana belanja modal.Hal itu terutama terkait dengan aktivitas yang mendukung keselamatan kerja dan kesinambungan operasi organik ANTM, selain mendukung proyek pengembangan utama serta aktivitas eksplorasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper