Bisnis.com,JAKARTA — Antisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 serta realisasi pertumbuhan kinerja emiten semester I/2020 membuat investor melakukan aksi jual pada sesi pertama Senin (3/8/2020).
Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 2,57 persen ke level 5.017,362 pada akhir sesi Senin (3/8/2020). Sebanyak 407 saham terkoreksi, 43 menguat, dan 118 stagnan.
Total nilai transaksi mencapai Rp7,07 triliun pada paruh pertama perdagangan perdana Agustus 2020. Investor asing membukukan net sell senilai Rp949,98 miliar.
Dua emiten badan usaha milik negara (BUMN) berkapitalisasi jumbo, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), memimpin daftar top foreign sell dengan total nilai net sell Rp538,8 miliar.
BBRI mencetak net sell investor asing Rp361,5 miliar dan harus terkoreksi 4,11 persen ke level Rp3.030. Adapun, TLKM dilepas asing Rp177,3 miliar dan turun 3,61 persen ke level Rp2.940.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan bahwa investor sedang mengantisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020. Estimasi memperkirakan pertumbuhan negatif menjadi 4 persen secara year on year (yoy).
Baca Juga
“Sehingga pelaku pasar melakukan aksi sell off pada pagi ini,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).
Frankie mengatakan pelaku pasar seharusnya sudah memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan memburuk pada kuartal II/2020. Dengan demikian, pasar menurutnya tengah dalam fase pricing in.
“Dengan saat ini market di 4.950, seharusnya investor sudah boleh melakukan pembelian secara berkala dengan support kuat [IHSG] di area 4.800,” jelasnya.
Dia menambahkan realisasi kinerja emiten semester I/2020 juga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Iklim pasar yang sedang tidak baik akibat Covid-19 membuat penurunan laba perusahaan bukan sesuatu yang mengherankan.
Secara terpisah, Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengungkapkan tekanan pasar pada sesi pertama disebabkan perhatian mengenai potensi resesi di negara Asean termasuk Indonesia. Bursa mencatat sebanyak 79 saham terkena auto rejection bawah (ARB).