Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. mencatatkan penurunan kinerja operasional selama semester I/2020.
Berdasarkan data perseroan, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti turun 7,2 persen year on year (yoy) menjadi 609.728 ton. Hal itu kemudian berimbas pada penurunan produksi crude palm oil (CPO) sebesar 13,7 persen yoy menjadi 158.030 ton.
Penurunan dari sisi hulu berimbas pada kinerja pada sisi hilir. Emiten berkode saham LSIP itu mencatatkan penurunan volume penjualan CPO 15,7 persen yoy menjadi 156.536 ton. Volume penjualan palm kernel (PK) dan produk turunan juga terkoreksi 18,7 persen yoy menjadi 42.406 ton.
Meskipun produksi dan volume penjualan kompak terkoreksi, tetapi harga jual rata-rata CPO dan PK anak usaha Grup Salim itu naik 21 persen yoy dan 22 persen yoy.
Benny Tjoeng, Presiden Direktur LSIP mengatakan pada Semester I/2020 perseroan mencatat kinerja keuangan positif dengan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp92 miliar. Menurutnya itu jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya karena ditopang kenaikan harga jual rata-rata produk sawit.
“Produksi inti kami terutama dipengaruhi oleh kegiatan penanaman kembali pohon-pohon tua yang kurang produktif di Sumatera Utara, cuaca kemarau di semester kedua 2019 dan curah hujan tinggi di Semester I/2020,” katanya dalam keterangan resmi Jumat (31/7/2020).
Baca Juga
Benny menambahkan pada paruh kedua industri perkebunan diperkirakan akan tetap kompetitif dan menantang. Untuk itu, LSIP akan terus memperkuat posisi keuangan, pengendalian biaya, peningkatan produktivitas, memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang memiliki potensi pertumbuhan.
Sebagai informasi, LSIP mencatat penjualan sebesar Rp1,57 triliun, turun 1,9 persen yoy terutama karena penurunan volume penjualan produk sawit dan karet. Namun hal itu dapat diimbangi peningkatan harga jual rata-rata produk sawit.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 776,2 persen yoy menjadi Rp92,0 miliar terutama seiring kenaikan harga jual produk sawit, laba selisih kurs dan penurunan beban umum & administrasi dimana sebagian diimbangi oleh rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar aset biologis.