Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Investor Ritel BNI Sekuritas Menuju 170 Ribu

Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB), BNI Sekuritas mencaat lonjakan investor ritel puluhan ribu. Minat investor terhadap instrumen saham disebut masih tinggi.
Halaman muka website BNI Sekuritas. Anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat lonjakan  transaksi via online dalam empat bulan terakhir. Geliat investasi dari kalangan muda turut menambah jumlah investor ritel yang saat ini mencapai 160.000./bnisekuritas.co.id
Halaman muka website BNI Sekuritas. Anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat lonjakan transaksi via online dalam empat bulan terakhir. Geliat investasi dari kalangan muda turut menambah jumlah investor ritel yang saat ini mencapai 160.000./bnisekuritas.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — PT BNI Sekuritas mencatatkan kenaikan investor ritel sekitar 40.000 nasabah selama masa pandemi. Adapun, pandemi Covid-19 yang telah mengubah kehidupan sosial masyarakat disebut tidak menyurutkan minat investor untuk bertransaksi di pasar modal.

Sekretaris Perusahaan BNI Sekuritas Dedi Arianto, mengungkapkan telah terjadi pergeseran model bisnis di perusahaan sekuritas pelat merah tersebut khususnya dari segmen transaksi broker secara online.

“Kalau semula transaksi di online tidak banyak, dalam kurun waktu 4 bulan terakhir penambahan jumlah akun online trading kami di Bions naik 40 ribu sehingga total akun sekarang 160 ribu,” kata Dedi di Jakarta, Selasa (28/7/2020).

Dia optimistis jumlah investor BNI Sekuritas dapat semakin bertambah menjadi 170 ribu nasabah pada akhir bulan ini.

Kepada Divisi Equity Research BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin,, menjelaskan bahwa krisis akibat pandemi Covid-19 sangat berbeda dibandingkan dengan krisis keuangan global pada 2008—2009 dari sisi keaktifan investor ritel. Menurutnya kali ini investor ritel bakal menjadi bantalan pergerakan IHSG agar tidak jatuh terlalu dalam.

“Kali ini investor ritel sangat aktif. Kami melihat banyak investor milenial juga yang banyak berinvestasi di saham. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga fenomena global,” tutur Kim.

Bahkan di negara maju, Kim melanjutkan, investor menggunakan stimulus yang mereka dapatkan untuk berinvestasi di pasar modal.

Dominasi investor ritel dalam transaksi saham belakangan ini juga merupakan alasan IHSG tidak lagi jatuh ke titik nadir (bottom). Terpantau IHSG hanya sekali menyentuh titik terendahnya sejak awal tahun pada 24 Maret 2020 di level 3.937.

Di sisi lain, investor institusi disebut masih berhati-hati untuk mau masuk ke pasar saham di situasi pandemi ini. Kim menunjukkan bahwa investor institusi masih mengukur dampak Covid-19 terhadap perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper