Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan Awal Pekan, IHSG Melesat ke 5.100

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,34 persen ke level 5.100 pada pukul 09.05 WIB. Indeks sempat menyentuh level tertinggi pada level 5.109.
Pengunjung melintas di dekat papan layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melintas di dekat papan layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan dibuka di zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Senin (27/7/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,34 persen ke level 5.100 pada pukul 09.05 WIB. Indeks sempat menyentuh level tertinggi pada level 5.109.

Sebanyak 179 saham menguat, 79 saham melemah, dan 142 saham stagnan pada awal perdagangan. Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia tercatat senilai Rp5.926 triliun.

Analis Samuel Sekuritas William Mamudi menuliskan dalam riset hariannya bahwa IHSG masih membentuk doji-doji berkepanjangan dan akan menguji resisten 5.100 pada perdagangan hari ini.

"Waspada volatilitas market akan meningkat dalam waktu dekat dalam rangka musim laporan keuangan kuartal II/2020," tulis William, Senin (27/7/2020).

Dari sentimen global, Tim Strategist di Morgan Stanley menuliskan dalam riset hariannya bahwa fokus investor pada pekan ini akan mengarah ke Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dari Bank Sentral AS (Federal Reserve).

Investor akan mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed, khususnha mengenai akomodasi yang masih dapat diberikan oleh bank sentral untuk ke depannya.

"Rapat FOMC Juli ini akan membicarakan situasi Agustus sampai pertengahan September. Pasar akan price in untuk kebijakan dovish dari The Fed dengan suku bunga rendah," tulis Morgan Stanley seperti dikutip Bloomberg, Senin (27/7/2020).

Apabila The Fed melanjutkan kebijakan dovish-nya, diperkirakan hal itu akan mendongkrak tingkat inflasi, memperkuat daya tarik aset berisiko, dan mendorong apresiasi dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper