Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham: Ini Pertimbangan Investor Tetap Belanja

Reksa dana saham merupakan salah satu pilihan investasi terbaik seiring membaiknya kinerja IHSG.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana saham dapat menjadi salah satu pilihan investasi terbaik di tengah menguatnya indeks harga saham gabungan (IHSG).

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan tren penguatan kinerja reksa dana saham masih akan bakal berlanjut di sisa akhir tahun ini. Penguatan ditopang dengan rebound indeks harga saham gabungan (IHSG) yang diharapkan konsisten.

 “Rebound IHSG dapat konsisten bila penyebaran virus dapat ditekan. Bila tidak, sulit,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu. 

Farash menyebutkan investor individu akan meningkatkan penyertaan investasi di reksa dana saham seiring meningkatnya literasi keuangan dan investasi.

Reksa dana adalah dana bersama yang dititipkan investor untuk dikelola oleh manajer investasi. Penempatan dana kelolaan sudah ditentukan ketika investor membeli unit penyertaan. Penempatan pada reksa dana biasanya dilakukan pada saham, pasar uang, obligasi, atau campuran.

Menurutnya, di tengah mengemukanya pandemi Covid-19 sepanjang periode Maret-Juni 2020 lalu yang menekan IHSG, pembelian reksa dana tetap ada. Pembeli  reksa dana didominasi oleh asuransi dan individu. Peningkatan pemahaman membuat investor berani meningkatkan investasi reksa dana berbasis saham maupun reksa dana berbasis obligasi karena memanfaatkan valuasi yang tengah rendah.

 “Ke depan saya lihat frekuensi investasi di reksa dana saham lebih banyak flow dari investor individu. Untuk asuransi akan lebih banyak di reksa dana pendapatan tetap. Untuk reksa dana pasar uang rasanya masih akan banyak dari investor bank,” terangnya.

Farash mengatakan investor individu telah banyak yang berani masuk ketika pasar terkoreksi dalam dengan tujuan jangka panjang. 

“Jadi investor individual semakin aktif investasi dan untuk orientasi lebih jangka panjang serta mau memanfaatkan momentum-momentum seperti koreksi pasar,” tambah Farash.

Dari sisi manajer investasi, Farash mengatakan di paruh kedua ini pihaknya akan berfokus pada pengelolaan aset perusahaan dengan fundamental yang kuat dan akan pulih cepat setelah pandemi. 

“[Karena] valuasi tidak mahal. Cenderung fully invest karena valuasi tidak mahal,” ujar dia.

 Terpisah, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dari sisi dana kelolaan dan unit penyertaan, reksa dana saham memang berpotensi naik karena pasar mulai membaik.

Dia mencontohkan kinerja industri reksa dana sepanjang bulan Juni yang ditopang oleh kinerja positif IHSG yang mencatatkan imbal hasil sebesar 3,19 persen.

“Ini kan [dana kelolaan] naik sekitar Rp8 triliun, itu sekitar Rp5 triliunnya dari reksa dana saham sendiri,” kata Wawan.

Menurutnya, tren pertumbuhan ini masih bakal meningkat, tapi masih akan dibayangi oleh volatilitas, seiring dengan sejumlah sentimen baru yang muncul misalnya perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Masih akan naik, akan meningkat, tapi pasti akan terjadi fluktuasi," katanya.

Meskipun demikian, dia menyarankan bagi investor yang ingin masuk ke reksa dana saham sebaiknya mereka yang memiliki rencana investasi jangka panjang, sedangkan yang memiliki rencana investasi jangka pendek atau short term lebih baik memilih reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper