Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam, PT Aneka Tambang Tbk., memproyeksi penurunan pendapatan periode 31 Mei 2020 terkontraksi hingga 25 persen secara year on year.
Dalam keterbukaan informasi perseroan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode saham ANTM itu memperkirakan penurunan pendapatan sebagai dampak pandemi Covid-19 yang membatasi operasional perseroan.
Pendapatan perseroan hingga 31 Mei 2020 diperkirakan menurun hingga 25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan itu pun akan mempengaruhi laba bersih yang juga terkoreksi 25 persen pada periode yang sama.
“Di sisi lain, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di sektor strategis, perseroan berkomitmen terhadap pelaksanaan protokol Covid-19 agar menjaga kegiatan operasional tetap berjalan untuk menjaga perekonomian daerah sekitar wilayah operasi,” tulis Manajamen Aneka Tambang, Kamis (16/7/2020).
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mengatakan bahwa pihaknya menaikkan proyeksi pendapatan sepanjang tahun 2020 sekitar 0,81 persen daripada proyeksi sebelumnya menjadi Rp29,8 triliun.
Hal itu berdasarkan asumsi kenaikan rata-rata harga emas pada tahun ini US$1.700 per troy ounce.
Baca Juga
Namun, beban operasional sedikit meningkat seiring dengan pembatasan aktivitas di tambang dan screening protokol kesehatan. Volatilitas nilai tukar rupiah pun berpotensi menaikkan rugi selisih kurs.
“Dengan demikian, kami menurunkan proyeksi laba bersih untuk tahun ini 70,7 persen daripada proyeksi sebelumnya mendjai Rp142 miliar,” ujar Dessy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (16/7/2020).
Adapun, pada kuartal I/2020 ANTM membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp281,83 miliar.
Realisasi itu berbanding terbalik dengan perolehan perseroan pada periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp176,10 miliar.
ANTM juga membukukan penurunan penjualan pada kuartal I/2020 menjadi sebesar Rp5,2 triliun, lebih rendah 16,35 persen dibandingkan dengan kuartal I/2019 sebesar Rp6,21 triliun.