Bisnis.com, JAKARTA — PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memiliki tiga skenario target pergerakan indeks harga saham gabungan hingga akhir 2020.
Dalam riset yang dikutip Senin (13/7/2020), Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya dan Emma A. Fauni menuliskan indeks harga saham gabungan (IHGS) merosot ke 3.937 pada Maret 2020. Posisi itu menjadi yang terendah secara year to date (ytd) sebelum pulih ke level saat ini.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan pertumbuhan kuartal produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan pada kuartal III/2020 seharusnya lebih baik dari kuartal II/2020. Pasalnya, sejumlah kegiatan ekonomi telah dimulai kembali setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berkurang pada Juni 2020.
Dengan demikian, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebut pemulihan laju IHSG akan berkelanjutan meski ada volatilitas tinggi. Level 3.937 menjadi titik terendah pergerakan indeks pada 2020.
“Target akhir dari target IHSG kami yang telah direvisi untuk tahun 2020 adalah 5.400 dari sebelumnya 5.180,” ujar Hariyanto dan Emma melalui riset Senin (13/7/2020).
Mirae Asset Sekuritas Indonesia memiliki tiga skenario untuk target akhir IHSG periode 2020 yakni base case, bull case, dan bear case.
Baca Juga
Target 5.400 merupakan base case scenario. Dalam skema itu, laba bersih IHSG periode 2020 diperkirakan turun 10 persen secara year on year (yoy) dan pulih menjadi 8,5 persen pada 2021.
Untuk bull case scenario, target akhir IHSG tahun ini mencapai level 6.025. Proyeksi itu akan tercapai apabila laba bersih IHSG hanya turun 5 persen pada 2020.
Adapun, skenario bull case dapat terwujud dengan beberapa syarat yakni pemulihan dalam pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari yang diharapkan, vaksin Covid-19 diproduksi secara masal pada akhir 2020, dan harga CPO terus naik.
Skenario ketiga yakni bear case scenario dengan target IHSG level 4.500 akhir 2020. Proyeksi itu dapat terjadi apabila pemerintah kembali menerapkan lockdown karena penyebaran Covid-19, pemulihan ekonomi lebih lemah dari perkiraan, dan harga CPO ambruk dibawah 2.000 ringgi Malaysia per ton.