Bisnis.com, JAKARTA – Emiten alat kesehatan dan farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) akhirnya berhasil mencetak profit untuk pertama kalinya setelah tiga tahun merugi.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2019 yang telah diaudit, perseroan berhasil mencetak laba Rp7,96 miliar, berbalik dari posisi rugi pada tahun sebelumnya sebesar Rp32,73 miliar.
Emiten berkode saham INAF tersebut mencatatkan koreksi dari pos penjualan sebesar 14,47 persen secara tahunan menjadi Rp1,36 triliun pada tahun lalu. Memang, perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan, beban penjualan, beban umum dan administrasi, dan beban keuangan.
Namun, lebih dari itu, emiten pelat merah tersebut berhasil mencetak kenaikan keuntungan dari pos lain-lain menjadi Rp27,87 miliar dan bagian laba dari entitas sosial senilai Rp279,52 juta.
Adapun, liabilitas perseroan berhasil menurun menjadi Rp879 miliar diikuti kenaikan ekuitas menjadi Rp504,93 miliar. Sehingga membuat aset perseroan melorot 4,16 persen secara tahunan menjadi Rp1,38 triliun.
Terakhir kali korporasi farmasi milik negara tersebut mencetak untung adalah tahun 2015 yakni sebesar Rp6,56 miliar. Tak bertahan lama, perseroan langsung rela menahan rugi Rp17,36 miliar, setahun setelahnya.
Baca Juga
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto sebelumnya pernah menyatakan bahwa pihaknya optimis dapat mencetak laba untuk tahun buku 2019 dilihat dari data kinerja keuangan.
“Kalau di lihat dari tahun 2016 sampai 2018, kita agak prihatin karena masih merugi. Di tahun 2017 malah (rugi) Rp46 miliar, 2018 (rugi) Rp32 miliar,” ungkap Arief saat menjalani Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4/2020) silam.
Pada saat itu, berdasarkan data kinerja operasional belum diaudit yang disajikan Indofarma, perseroan pelat merah tersebut meyakini bisa mencetak laba sebesar Rp7,6 miliar, lebih rendah dari realisasi kinerja laba yang disajikan perseroan setelah diaudit.
“Tahun 2019, insya allah meskipun ini masih home statement, kita harapan bisa meraih keuntungan,” tutur Arief kala itu.
Pada saat itu, emiten berkode saham INAF tersebut menargetkan pada tahun 2020 mendatang Indofarma akan memperoleh kenaikan laba sekitar Rp13,56 miliar bersamaan dengan peningkatan penjualan sebesar Rp1,63 triliun.
Sementara itu, berdasarkan catatan keuangan kuartal I/2020, Indofarma kembali mencatatkan rugi bersih sebesar Rp21,42 miliar.
Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno menjelaskan volume penjualan pada enam bulan pertama setiap tahunnya memang selalu kecil. “Nature bisnis INAF memang volume penjualan kecil di enam bulan pertama, akan meningkat signifikan mulai Juli,” ujar Herry kepada Bisnis, Senin (4/5/2020) lalu.
Lebih lanjut, dia menjelaskan umumnya bisnis tender akan terealisasi pada kuartal ketiga dan keempat setiap tahunnya.
Di sisi lain, perseroan juga mencetak kenaikan dari pos penjualan sebesar 8,73 persen dari posisi Rp136,26 miliar menjadi Rp148,16 miliar pada tiga bulan pertama tahun 2020.
“Mulai April penjualan alat kesehatan mulai nampak kemajuannya. Kami harapkan kinerja kuartal II akan lebih baik dari tahun lalu,” imbuh Herry.
Indofarma juga sudah melakukan perubahan strategi bisnis dengan perlahan-lahan menaikkan proporsi penjualan reguler apotik, rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain.
Baru-baru ini, Arief juga mengatakan perseroan bakal meluncurkan enam produk baru pada Juli 2020. Menurutnya, peluncuran akan bertepatan dengan ulang tahun perseroan ke 102 tahun.
“Tanggal 11 kami akan luncurkan produk baru. Diantaranya adalah teledoc, inbody test, emergency ventilator, medical grade masker, hand sanitizer dan mesin hemodialysis,” katanya kepada Bisnis pada Minggu (5/7/2020).
Arief menambahkan tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan yang sebagian besar pertumbuhan itu bakal ditopang oleh peluncuran produk baru.
Selain itu, Arief mengungkapkan perseroan sedang mengembangkan kelima produk melalui kerjasama operasi dengan beberapa mitra. Perseroan bertugas dalam hal desain sedangkan produksi dikerjakan mitra.
“Setelah itu kami bertanggung jawab di sisi komersial mulai dari marketing, sales & distribusi. Kecuali hand sanitizer yang dikerjakan di fasilitas eksisting yang kami miliki,” tutupnya.