Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Harga Emas ke US$1.800 Terbuka Lebar, Saatnya Beli atau Jual?

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2020 terpantau melemah 2,70 poin atau 0,15 persen ke level US$1.787,30 per troy ounce pada penutupan akhir pekan lalu.
Emas batangan./bloomberg
Emas batangan./bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Komoditas emas masih layak dikoleksi untuk saat ini. Investor yang ingin mengoleksi batu kuning disarankan untuk melakukan buy on weakness.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2020 terpantau melemah 2,70 poin atau 0,15 persen ke level US$1.787,30 per troy ounce pada penutupan akhir pekan lalu. Adapun, harga emas spot turun 0,19 persen atau 3,33 poin menjadi US$1.772,05 per troy ounce.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan prospek harga emas menembus level US$1.800 per troy ounce masih besar. Pasalnya, pelaku pasar masih mencemaskan penularan Covid-19 yang terus mengalami kenaikan serta vaksin yang belum ditemukan.

Ariston menjelaskan bahwa Covid-19 telah menganggu aktivitas ekonomi global. Masyarakat enggan beraktivitas secara normal karena khawatir terjangkit virus.

Di sisi lain, dia menyebut ketegangan hubungan Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas. Konflik antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu akan berdampak negatif ke negara lainnya.

“Stimulus besar bank sentral terutama The Federal Reserve juga berpengaruh mengerek naik harga emas karena The Fed memperbesar likuiditas dolar AS,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (3/7/2020).

Ariston mengatakan penemuan vaksin akan menjadi kunci penurunan harga emas. Keberadaan vaksin akan menurunkan secara drastis kekhawatiran pasar terhadap penyebaran Covid-19.

“Jadi emas masih bagus untuk dikoleksi untuk sementara ini. Bisa buy on weakness,” jelasnya.

Dilansir melalui Bloomberg, harga emas berjangka sempat jatuh pada awal Juli 2020. Hal itu dipicu oleh data manufaktur AS yang lebih baik dan hasil positif dari uji coba vaksin Covid-19.

Bloomberg melaporkan percobaan awal dari vaksin eksperimental dari Pfizer Inc. dan BioNtech SE menunjukkan hasil yang aman dan mendorong pasien untuk memproduksi anti bodi terhadap virus baru.

Sementara itu, data manufaktur AS melonjak pada Juni 2020 ke level tertinggi dalam lebih dari satu tahun menandakan dimulainya kembali pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper