Bisnis.com, JAKARTA – Satu-satunya emiten bioskop yang terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT Graha Layar Prima Tbk. (BLTZ), pengelola bioskop CGV Cinemas menyatakan optimisme menatap tahun 2020 meskipun terjadi wabah Covid-19. Pandemi Covid-19 sejauh ini telah memaksa erseroan menutup layar untuk sementara.
Sekretaris Perusahaan Graha Layar Prima Hera Septi Astuti menyatakan peningkatan kinerja perseroan di hampir seluruh aspek pada tahun sebelumnya membuat perseroan masih optimis atas rencana kerja dan pendapatan untuk tahun buku 2020.
“Perseroan berencana untuk membangun sebanyak mungkin bioskop baru dari yang dibangun pada tahun 2019. Namun, mengingat pandemi Covid-19, target spesifik ini dapat berubah,” ungkapnya dalam paparan publik virtual, Kamis (2/7/2020).
Oleh karena itu, perseroan menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp350 miliar yang dialokasikan untuk ekspansi usaha. Salah satunya adalah pembukaan bioskop baru pada kuartal pertama tahun ini.
“2 bioskop baru telah dibuka pada tahun 2020 sehingga, sampai saat ini perseroan telah memiliki 69 bioskop dengan total 401 layar. Capex itu dianggarkan akhir tahun lalu, pasti akan menyesuaikan dengan kondisi Covid-19 dimana capex berubah mengikuti kondisi yang terjadi,” jelasnya.
Di sisi lain, perseroan juga menargetkan peningkatan penjualan admission sedikitnya 15 persen dari tahun 2019. Namun, mengingat adanya pandemi, target spesifik ini pun dapat berubah.
Baca Juga
Direktur Graha Layar Prima Ferdiana Yulia Sunardi menjelaskan bahwa situasi dan kondisi penyebaran Covid-19 memang kurang menguntungkan terutama bagi CGV Cinemas sebagai pengelola bioskop.
“Jadi memang, sayangnya sejak Maret, gerai perbioskopan yang kami kelola memang terpaksa tutup, demi keamanan dan keselamatan penonton, mengikuti instruksi pemerintah daerah dan pusat untuk menutup kegiatan operasi sinema,” ungkap Ferdiana dalam kesempatan yang sama.
Dia mengakui, dengan tidak beroperasinya semua gerai bioskop pada bulan Maret sampai saat ini, otomatis perseroan tidak memperoleh pendapatan. Jika pun diizinkan beroperasi dalam waktu dekat, perseroan menilai butuh waktu untuk membangkitkan kepercayaan penonton bioskop dan memperoleh konten baru dari perusahaan film.
“Saat ini, kami belum bisa memprediksi potensi kerugian, mengingat kondisi seluruh 69 bioskop CGV masih tutup, dan hingga kini kami masih belum tahu kapan diizinkan beroperasi kembali. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh pada pendapatan,” ungkapnya.
CGV Cinemas juga menyatakan belum berencana untuk mengembangkan model bisnis bioskop drive-in yang sedang populer. Sebagai gantinya, perseroan akan berfokus membuka kembali gerai yang sudah ada dan juga melanjutkan ekspansi yang memang sudah direncanakan yakni memperbanyak lokasi CGV Cinemas di kota-kota lain.
Public Relations Graha Layar Prima Hariman Chalid juga menyampaikan bahwa perseroan juga tidak hanya fokus pada model bisnis pemutaran film saja. Hal ini tercermin dengan penambahan fasilitas usaha operasional seperti Sports Hall dan gerai makanan Warung Mie.
“Kami juga menambah fasilitas seperti Sports Hall, Warung Mie dan fasilitas lain yang mendukung konsep kami ‘Cultureplex’, tempat berkumpulnya budaya. Bukan hanya film, tapi seni budaya lain,” imbuh Hariman.
Untuk diketahui, berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2020, perseroan mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp54,3 miliar.
Adapun rugi yang semakin besar pada kuartal ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya juga disebabkan oleh penurunan pendapatan 12,91 persen secara tahunan menjadi Rp254,52 miliar pada triwulan pertama tahun ini.