Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ambrol 2,43 Persen, Terpapar Aksi Jual Asing

Pada akhir sesi I, IHSG merosot 2,43 persen atau 122,31 poin menjadi 4.912,75. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 4.897,81 - 5.036,86.
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan turun 2,43 persen pada perdagangan sesi I Rabu (10/6/2020)

Pada akhir sesi I, IHSG merosot 2,43 persen atau 122,31 poin menjadi 4.912,75. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 4.897,81 - 5.036,86.

Terpantau 100 saham menguat, 322 saham melemah, dan 125 saham tak berubah dari perdagangan kemarin. Nilai transaksi mencapai Rp6,82 triliun, dengan net sell asing Rp637,16 miliar.

Sementara itu, Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan IHSG berpeluang diwarnai aksi minor profit taking. Selain itu secara valuasi masih cukup banyak saham sangat menarik untuk dibeli.

"Di sisi lain, indeks DJIA juga mengalami profit taking sekitar 300 poin yang membuat koreksi 1,09 persen. Hal ini akan membuat IHSG untuk beristirahat sejenak dari trend penguatannya," paparnya.

Sejumlah saham utama yang menekan IHSG ialah BWPT dengan penurunan -7 persen, BBNI -7 persen, BMRI -6,92 persen, TCPI -6,04 persen, KAEF -5,73 persen, dan BBRI -5,61 persen.

Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya mengatakan IHSG sedang melewati fase konsolidasi wajar pasca mengalami kenaikan pada beberapa hari sebelumnya.

Menurutnya peluang tekanan terlihat masih cukup besar hingga beberapa waktu mendatang. Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan IHSG tengah membentuk pola bearish harami setelah pulled back upper bollinger bands. Selain itu, indikator stochastic bergerak pada area overbought dengan indikasi kuat dead-cross mengiringi momentum indikator RSI yang menjenuh.

Di sisi lain, Bank Dunia memperkirakan kontraksi ekonomi pada negara berkembang hanya sebesar 2,5 persen pada 2020. Kontraksi itu merupakan yang pertama setidaknya dalam 60 tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper