Bisnis.com, JAKARTA — Setelah ditutup menguat pada akhir perdagangan pekan lalu Jumat (29/5/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi berpeluang bergerak terbatas pada awal pekan ini.
Terakhir, IHSG ditutup menguat 37 poin atau 0,79 persen menjadi 4.753. Sektor aneka industri, industri dasar, dan keuangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG pekan lalu.
Untuk perdagangan hari ini, Selasa (2/6/2020), Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan berdasarkan analisa teknikal indeks akan diperdagangkan pada level 4.685-4.820. Beberapa saham yang menarik untuk dicermati adalah INDY dan ASSA.
Sentimen global yang mempengaruhi pasar saat ini adalah sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang pada akhirnya mengambil langkah untuk mencabut status spesial perdagangan Hong Kong yang sebelumnya diberikan oleh Amerika.
Lebih lanjut, Trump juga mengatakan bahwa dirinya siap untuk mengambil tindakan untuk mengaudit perusahaan China dan perusahaan asing lainnya yang terdaftar di Bursa Amerika untuk memenuhi peraturan mengenai standar akuntasi dan audit dari Amerika.
Sementara itu di Asia, Pejabat Pemerintah China memerintahkan kepada perusahaan pertanian besar untuk menghentikan pembelian beberapa barang pertanian dari Amerika termasuk kedelai.
Baca Juga
Penghentian tersebut merupakan salah satu tanda terbaru dari reaksi China yang dimana hal tersebut dapat dimaklumi atas tekanan yang terus menerus yang diberikan oleh Amerika terhadap China.
Kekhawatiran juga dirasakan oleh beberapa CFO di seluruh dunia sebesar 51 persen diantaranya mengatakan bahwa Dow Jones akan kembali menguji support 19.000 sebelum pada akhirnya akan kembali mencapai rekor di atas 29.000. 22 persen lainnya mengatakan bahwa Dow Jones akan mencoba rekor tertinggi tanpa harus mengalami penurunan terlebih dahulu.
“Sejauh ini cukup banyak beberapa pengamat pasar yang mengatakan bahwa sangat sulit menyesuaikan pergerakan pasar dengan beberapa kenyataan mengenai data ekonomi saat ini,” tulis Maximilianus dalam risetnya, Selasa (2/6/2020).
Di sisi lain, penurunan kinerja dari manufaktur Jepang untuk bulan April merosot bahkan menyentuh titik terendah sejak 2011. Menariknya, angka pengangguran naik lebih rendah dari ekspektasi, dimana para analis menyebut ketahanan Jepang terhadap angka pengangguran hanya sementara.
Berdasarkan data, jumlah pekerjaan dan pelamar kerja di negara matahari terbit tersebut dapat dikatakan tidak seimbang. Saat ini jumlah tawaran pekerjaan lebih tinggi dibandingkan jumlah pelamar kerja.