Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimisme Pembukaan Lockdown, Bursa Asia Kompak Menghijau

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 7.20 WIB indeks Topix Jepang bergerak naik 1,65 persen, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,36 persen, indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,1 persen, dan indeks Indeks S&P Australia atau ASX 2020 menguat 0,72 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia tampaknya akan mengikuti pergerakan saham Eropa dan indeks futures AS untuk bergerak di zona hijau pada perdagangan Selasa (26/5/2020) didukung oleh optimisme pasar dari sinyal pembukaan lockdown beberapa negara.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 7.20 WIB indeks Topix Jepang bergerak naik 1,65 persen, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,36 persen, indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,1 persen, dan indeks Indeks S&P Australia atau ASX 2020 menguat 0,72 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama stabil di level 99,771.

Chief Investment Officer of Core Investments at AXA Investment Managers Chris Iggo mengatakan bahwa dinamika pemulihan ekonomi setelah lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran Covid 19 dan pengembangan obat potensial adalah alasan utama pasar menjadi lebih positif.

Investor saat ini tengah mencerna sinyal pembukaan kembali ekonomi dari Jepang, Australia, hingga AS dan memberikan dorongan pada aset berisiko untuk bergerak lebih tinggi.

Untuk diketahui, Pemerintah Jepang telah mengakhiri keadaan darurat nasionalnya pada Senin (25/5/2020), sementara kenaikan dalam ekspektasi bisnis Jerman memberikan secercah harapan lain untuk pasar ekuitas.

Di sisi stimulus, pembuat kebijakan utama Bank Sentral Eropa Francois Villeroy de Galhau mengatakan, ada ruang untuk berinovasi dan bertindak dengan cepat dan kuat yang menandakan itu dapat meningkatkan program pembelian obligasi darurat.

Selain itu, Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat diperkirakan akan mengumumkan rincian paket stimulus keempat.

“Namun, sentimen-sentimen itu tidak berarti kita harus mengabaikan risiko penyebaran gelombang kedua, pertumbuhan ekonomi yang lemah, dan masalah geopolitik AS-China yang berkepanjangan," ujar Chris seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/5/2020).

Ketegangan antara AS dan China tetap menjadi fokus dalam beberapa perdagangan ke depan setelah China mengecam AS karena menambah 33 entitas China ke daftar hitam perdagangan. Kendati demikian, Negeri Panda itu tidak mengumumkan langkah pembalasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper